Halaman

Translate

Kamis, 28 Februari 2013

Kembar dan Daftar Pemilh

Pada tanggal 24 Februari yang lalu, Pemilihan Kepala Daerah Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Jawa Barat di laksanakan. Kondisinya berbeda dengan pemilihan sebelumnya. Kali ini peserta pemilik hak suara tidak terlihat ramai, alias sepi. Disinyalir ada lebih dari 30% yang Golongan Putih.

Sementara itu ada juga yang semangat memilih tetapi tidak terdapftar namanya dalam daftar yang ditempelkan di Tempat Pemilihan Suara (TPS). Setelah dikonfirmasi, ternyata petugas pencatatan mengambil kesimpulan sendiri. Masalahnya dia menemukan dua orang yang pemilih yang memiliki tempat kelahiran sama, tanggal kelahiran sama, jenis kelamin sama dan nama hampir sama. akhirnya petugas memutuskan bahwa orang itu adalah sama. Pasti terjadi kesalahan dalam input atau penulisan data.

Keputusan petugas ini salah total. Ternyata orang tersebut adalah kembar. Kita harapkan kepada mereka yang bertugas dalam pencatatan kependudukan agar melaksanakan tugas professional. Biarlah ini menjadi pelajaran untuk pemilihan berikutnya di seluruh Indonesia, baik Pilkada maupun DPR/D, DPD dan Presiden .
Read More..

Rabu, 27 Februari 2013

Fokus Pemberantasan Sajala.....ah

Kehadiran KPK karena ditengarai dalam penyelenggaraan negara ini dipenuhi dengan korupsi. Secara hukum, urusan korupsi menjadi tugas dan tanggungjawab polisi dan kejaksaan. Karena dirasa korupsi sudah menggunung, maka diperlukan PEMBERANTASAN. Sehingga pada era reformasi dengan dasar UU Nomor 30 tahun 2002 dikeluarkan undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Megawati Sukarnoputri.

Kalau kita baca pembukaan undang-undang tersebut, maka kehadiran KPK karena dirasakan kinerja kepolisian dan kejaksaan masih rendah. Kalau kinerja polisi dan jaksa sudah maksimum, maka KPK tidak diperlukan. Tetapi setelah 10 tahun lebih, apakah kinerj Kepolisian dan Kejaksaan belum membaik? Pertanyaan ini layak di ajukan untuk menguji motif yang nyata dari pembentukan KPK.

Harus kita akui, bahwa kinerja KPK cukup bagus. Semua anak bangsa menginginkan KPK lebih kuat lagi. Masyarakat menumpukan harapan besar kepada KPK. Kadang masyarakat tidak sabar menunggu, siapa lagi yang dijadikan tersangka oleh KPK, sekalipun nama seseorang sudah sering disebut-sebut oleh saksi dalam persidangan. KPK selalu beralasan dengan menyebut, “belum ditemukan 2 bukti”. Alasan yang lain adalah masalah sumber daya manusia. Jumlah penyidik KPK sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah penyidik KPKnya Malaysia. Jumlah petugas KPK hanya ratusan dengan penduduk Indonesia 230 juta, sementara jumlah petugas KPK Malaysia ribuan dengan penduduk 24 juta.

Kontradiksinya dimana? Jumlah petugas KPK sudah sedikit, tetapi mereka tidak fokus pada pemberantasan. Buktinya sebagian petugas KPK bergerak dalam bidang pencegahan dan pendidikan anti korupsi. Kenapa tidak semuanya di fokuskan pada bidang pemberantasan? Kalau kita lihat logo KPK, maka huruf P nya berwarna merah, sementara K berwarna hitam. Apa maksud warna itu? Pencegahan dan pendidikan anti korupsi percayakan saja (dulu) kepada lembaga Pendidikan dan Keagamaan. KPK sudah mengambil alih tugas dari Polisi dan Kejaksaan, apakah KPK mau mengambil alih tugas Pendidikan dan Agama juga? Petugas KPK juga kurang, jadi fokus PEMBERANTASAN ajala...ah!.
Read More..

KPK dan KPK

Kompetensi pertama matematika SMK adalah Menerapkan Konsep Bilangan Real. Kompetensi ini menuntut mulai dari konsep Bilangan Asli, Bilangan Cacah, Bilangan Negatif, Bilangan Bulat, Bilangan Pecahan, Bilangan Rasional, Bilangan Irasional, Bilangan Real dan Bilangan Imajiner. Intinya, mempelajari semua himpunan Bilangan.

Disamping konsep bilangan, fokus utamanya adalah bagaimana mengoperasikannya dengan menggunakan hukum matematika dengan tepat. Kita mendefenisikan operasi penjumlahan, perkalian dan pembagian baik terhadap bilangan Asli, Bulat maupun Bilangan Pecahan. Tentu saja kompetensi ini merupakan perulangan dari kompetensi yang sudah dipelajari siswa sejak SD dan SMP.

Kemunculan kompetensi ini pada SMK hanya untuk pemantapan dan memberikan jaminan bahwa siswa mengerjakan dengan prosedur yang benar. Karena perulangan, tampaknya ada siswa yang bosan. Ketika mengerjakan soal penjumlahan pecahan, tentu hukumnya adalah, pecahan dapat dijumlahkan bila penyebutnya sama. Operasi untuk menyamakan pecahan adalah dengan menerapkan prinsip kesamaan pecahan. Kesamaan pecahan artinya, pecahan akan bernilai sama bila pembilang dan penyebut dikali atau dibagi oleh bilangan yang sama.

Biasanya ketika SD atau SMP mereka langsung mencari Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK). Nah ketika berbicara KPK inilah, ada seorang siswa sedang menghayal. Untuk membangunkannya dari lamunan, terpaksa kita ajukan sebuah pertanyaan: KPK itu apa nak? Sang pelamun berkata: Komisi Pemberantasan Korupsi pak!. Betul....tetapi tidak tepat. Siswa yang lain menghukumnya dengan tertawa.
Read More..

Senin, 25 Februari 2013

Kali Keenam atau Enam Kali?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata kali adalah sebagai berikut:1 Kata untuk menyatakan kekerapan tindakan: dalam satu minggu ini, dia sudah empat kali datang ke rumahku. 2 Kata untuk menyatakan kelipatan atau perbandingan (ukuran, harga, dsb): harga barang kebutuhan pokok pada tahun ini dua kali lebih mahal dari pada harga pada tahun yang lalu; 3 Kata untuk menyatakan salah satu waktu terjadinya peristiwa yang merupakan bagian dari rangkaian peristiwa yang pernah dan masih akan terus terjadi: untuk kali ini ia kena batunya; 4 Kata untuk menyatakan perbanyakan atau pergandaan: dua kali dua sama dengan empat.

Arti kesatu, ketiga dan keempat adalah sama yaitu menyatakan perulangan. Arti kata keempat murni matematika yaitu 2 x 2 =4. Atau dapat juga ditulis dalam contoh yang lain yaitu 3 x 6 = 18. Defenisi perkalian menurut matematika adalah penjumlahan berurutan. Perkalian 3 x 6 artinya 6 + 6 + 6. Perkalian 6 x 3 artinya 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3. Apakah 3x6 = 3x6?

Karena berbicara matematika, maka jawabannya adalah “ya, sama”. Itulah namanya hukum komutatif penjumlahan. Yang sama adalah nilainya. Tetapi bila berbicara tentang proses, maka hal itu sangat jauh berbeda. Bila kita misalkan peristiwa itu adalah proses pemindahan beras di dalam gudang. Satu karung beras beratnya 25 kg. Maka peristiwa 3 x 6 artinya si Polan memngangkat/memindahkan beras 3 kali. Setiap kali dia mengangkut 6 karung beras atau 150 kg.

Sementara peristiwa 6 x 3 adalah si Pulan mengangkat beras 6 kali. Setiap kali dia mengangkat 75 kg (3 karung). Dari kedua peristiwa itu terdapat beberapa perbedaan. Siapakah yang paling kuat? Siapakah yang paling cepat memindahkan beras? Seandainya beras yang mau dipindahkan banyak, upah siapakah yang paling banyak? Jawabannya adalah si Polan. Disitulah perbedaanya. Peristiwa perkalian tidak pernah ada, kalau tidak pernah terjadi dalam kehidupan.

Akhir-akhir ini sering kita dengar pemakaian kata “kali” dengan rancu, baik oleh media elektronik, maupun media cetak. Misalnya: dia mengangkut beras kali keenam. Siapa yang mengangkut beras? Kata tanya “siapa”, digunakan untuk menanyakan subjek (pelaku). Maka jawabannya adalah dia. Apa yang dia kerjakan? Kata tanya “apa” menanyakan predikat, yaitu “mengangkut”. Berapa kali dia mengangkut? Kata tanya “berapa kali” menanyakan kata keterangan (adverb of frequency). Jawabannya adalah enam kali. Haruskah kita jawab dengan: kali keenam? Kamus besar Bahasa Indonesia juga tidak menulis kali keenam. Kalau kita membacaca “kali keenam”, bagaimana membaca 6x3?
Read More..

Kamu Layak di Penjara!

Salah satu kompetensi guru adalah pengelolaan kelas. Semua perhatian siswa tertuju pada satu hal, yaitu topik atau materi yang sedang berlangsung. Sudah merupakan kewajaran, bahwa ada satu atau dua orang yang tidak memusatkan perhatian. Demi kepentingan dirinya dan kepentingan kelas, guru wajib mengarahkannya ke tujuan yang sama. Usaha yang dilakukan guru inilah yang disebut dengan pengendalian kelas.

Salah satu ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah berpusat pada siswa (student centered) menggantikan pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Tetapi hal itu tidak mungkin terjadi 100%. Kita harus menjaga keseimbangan. Kapan guru sebagai pusat perhatian dan sumber belajar dan kapan siswa sebagai pusat perhatian dan sumber belajar. Semuanya tergantung situasi dan pendekatan.

Bila kondisi semua siswa dalam kelas memiliki tingkat kemauan yang tinggi, maka sangat mudah melaksanakan student centered. Kita tinggal mengarahkan. Peranan guru sebagai fasilitator sangat terasa. Kita tinggal menyediakan dan menginformasikan apa yang mereka butuhkan dan apa yang akan mereka kerjakan. Kemudian kita lanjutkan dengan peranan kedua sebagai evaluator. Kita melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan dan terhadap proses pembelajaran. Disinilah dituntut siswa belajar aktif, baik di kelas maupun diluar kelas, baik belajar sendiri maupun belajar kelompok.

Masalah muncul bila semangat siswa rendah. Disinilah dengan terpaksa muncul teacher centered. Guru memberikan penjelasan dengan berbagai pendekatan. Lebih parah lagi, siswa mampu mendengar hanya dalam tempo beberapa menit, selebihnya pikirannya langsung berpindah haluan dan membentuk forum baru. Dia mengajak temannya berbicara. Mengajak mengganggu teman dekatnya, kemudian mengganggu teman yang lain. Seorang guru yang baik yang memiliki kompetensi pedagogik, harus mampu memulihkan kembali perhatiannya.

Mengapa orang masuk penjara?. Karena korupsi pak! Jawab siswa. Kamu layak dipenjara. Kamu sudah korupsi. Koruptor dipenjara karena mengambil hak orang lain. Kamu juga mengambil hak saya. Saya punya hak berbicara. Hak saya legitimate. Ada SK dari Kepala Sekolah. Hak berbicara saya itu kamu ambil, dan kamu berbicara dengan temanmu ketika saya berbicara. Hak orang lain juga kamu ambil. Siswa lain berhak mendapat penjelasan dari saya, tetapi kami rampas. Seketika siswa yang nakal diam.

Tidak lama kemudian siswa yang sama berbicara lagi. Sapi, kerbau atau binatang yang lain diajar dengan rotan. Manusia diajar dengan perumpamaan. Kita mempelajari Gaya Bahasa atau majas. Majas itu memperhalus kalimat. Mari kita cintai Bahasa Indonesia dengan menggunakannya. Kamu layak dipenjara, sama artinya kamu layak dirotan.
Read More..

Minggu, 24 Februari 2013

Manfaat Daun Sirsak

Manfaat daun sirsak cukup banyak dirasakan oleh penggunanya. Baik oleh pasien yang terkena kasus kanker atau tumor, maupun yang digunakan sebagai proteksi anti kanker. Penelitian obat herbal khususnya daun sisrsak di Eropa dipusatkan di Italia mengungkap daun sirsak mengandung zat anti kenker yang 10.000 kali lebih kuat daripada kemoterapi pada kanker.

Paragraf di atas dikutif dari sebuah buku pendamping Bahasa Indonesia kelas 4 semester genap yang ditulis oleh 11 orang penulis. Buku pendamping tersebut tidak menuliskan tahun penerbitan, tetapi menuliskan kata “KTSP standar Isi 2006” pada sampulnya. Besar huruf yang digunakan kira-kira font 10, dan space single. Tebal buku adalah 62 halaman.

Standar Kompetensi yang tertulis pada materi awal tema tersebut ada 4 yaitu: 1. Mendengarkan pengumuman dan pembacaan pantun. 2. Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dengan berbalas pantun dan bertelepon 3. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring dan membaca pantun. 4. Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman dan pantun anak-anak.

Kompetensi Dasar yang tertulis pada materi awal tema tersebut ada 4: 1. Menirukan pembacaan pantun dengan lafal dan intonasi yang tepat 2. Menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon sesuai dengan isi pesan 3. Menemukan Kalimat Utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif. 4. Menulis pengumuman dengan bahasa yang baik dan benar serta memerhatikan penggunaan ejaan.

Karakter siswa yang diharapkan dalam proses belajar mengajar yang ditulis dalam bagian awal tema tersebut adalah: 1. Gemar membaca 2. Kreatif dan mandiri 3. Bersahabat / komunikatif 4. Rasa ingin tahu 5. Cinta tanah air 6. Bertanggungjawab

Dilihat dari gelar pengarangnya, maka ada 3 orang S.Si., 2 orang S.S, 1 orang S.E, 1 orang S.H, 1 orang Drs, 2 orang S.Pd., dan 1 orang A.Md. Mereka semuanya sudah S1 dan sesuai dengan tuntutan UU Nomor 14 tahun tahun 2005, kecuali ada 1 orang yang ahli madya. Dari jumlah penulis dan latar belakang pendidikan, semestinya mereka sudah menghasilkan karya yang cukup bagus. Tetapi apa yang terjadi, mari kita lihat satu persatu.

Pertama dari ukuran kata, yaitu besar kecilnya kata. Tulisan dalam buku tersebut hampir sama dengan huruf pada surat kabar. Ukuran sekecil ini tidak menarik minat siswa yang usianya sekitar 10 tahun. Usia semuda itu sebaiknya menulis dengan besar huruf lebih besar dari normal. Lebis besar dari font 12. Kedua, dilahat dari spasi, yaitu jarak baris demi baris hanya 1, sebaiknya menggunakan 1,5 atau 2 spasi. Ini dilakukan untuk menimbulkan rasa senang membaca. Dari kedua hal teknis ini, bertentangan dengan karakter yang diinginkan yaitu “gemar membaca” dan rasa “ingin tahu”. Rasa ingin tahu dimulai dari sesuatu yang indah, bagus, menarik dan menantang.

Permasalahan ketiga adalah pemakaian kata. Perhatikan kata proteksi, penelitian, herbal dan kemoterapi dan anti proteksi. Pertanyaanya adalah apakah kata-kata ini sudah waktunya dimunculkan untuk usia 10 tahun? Kata proteksi berasal dari Bahasa Inggris yaitu protection. Bahasa Indonesianya adalah perlindungan. Kalau menggunakan kata perlindungan atau melindungi, maka tulisan itu akan lebih bagus. Pada usia inilah kita mengenalkan semua kata-kata Indonesia. Kata serapan seperti proteksi, herbal dan kemoterapi kita perkenalkan pada pendidikan yang lebih tinggi seperti SMP.

Kata penelitian berasal dari kata teliti. Teliti artinya seseorang yang melakukan pekerjaan dengan hati-hati agar tidak melakukan kesalahan. Sementara kata penelitian yang dituntut dalam tulisan itu bukan kehati-hatian. Anak seusia itu belum mampu menangkap arti kata penelitian. Sebaiknya harus diganti dengan kata lain seperti mempelajari. Atau diganti dengan kalimat yang lebih bagus.

Permasalahan keempat yang paling fatal adalah Standar kompetensi. Bagaimana bisa dalam satu topik bahasan, satu tema ada 4 Standar kompetensi? Apakah ini benar sesuai dengan Standar Isi tahun 2006 sebagaimana tertulis dalam sampul buku tersebut? Sebagai bandingan, pada SMK Mata Pelajaran Bahasa Indonesia selama 3 tahun hanya ada 3 Standar Kompetensi yaitu berbicara pada tingkat semenjana, berbicara pada tingkat madya dan berbicara pada tingkat unggul.

Kita sebagai guru, terutama anda yang sedang mengajar dan menyusun buku SD, sebaiknya menggunakan empati. Kita harus mampu memposisikan diri sebagai mereka. Menulis tidak asal ada, atau hanya mengejar angka kredit dengan mencantumkan nama pada buku. Seorang guru jangan sampai menunggu-nunggu ada pelatihan dari pemerintah. Kalau itu yang kita tunggu, apakah bedanya kita dengan siswa? Jangan gara-gara kita salah menulis buku sehingga kurikulum diganti. Seorang guru harus dapat membelajarkan dirinya sendiri. Ayo bangkitlah guru Indonesia.
Read More..

Cognitive C6: (Evaluation)

Cognitive ke enam dari Bloom adalah evaluasi (evaluation). Evaluasi artinya melakukan penilaian terhadap ide, materi ataupun system. Inilah level paling tinggi dari cognitive setelah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa dan sintesis. Level evaluasi menuntut untuk memilih yang terbaik dari yang baik. Atau level ini dituntut untuk mencari kelemahan dan menemukan keunggulan dari suatu metode, prosedure ataupun sistem.

Setiap hari ada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Kemarin tanggal 24 Februari 2013, berlangsung Pilkada Jawa Barat. Menurut beberapa Quick Count, pemenangnya adalah Pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar. Oleh karena itu kita ucapkan selamat, terutama kepada Jenderal Naga Bonar sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat.

Biar bagaimanapun, dalam pelaksanaan Pilkada pasti menghabiskan banyak biaya, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, partai, peserta maupun masyarakat. Bersamaan dengan itu, banyak juga Kepala daerah yang bermasalah dengan hukum. Diduga ada kaitannya dengan biaya tinggi dalam pelaksanaan Pilkada. Oleh karena itu tidak sedikit para ahli yang melakukan evaluasi dengan mengatakan bahwa Pilkada Langsung kurang efektive terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat. Sebaiknya kembali saja pada zaman Orde Baru, bahwa Gubernur dipilih oleh DPRD. Inilah kelompok yang melakukan evaluasi terhadap system pemilu, terutama Undang-Undang.

Kelompok yang lain juga melakukan evaluasi terhadap sistem sekarang. Pada hakekatnya hasil evaluasi sama, yaitu biaya tinggi dan ramainya Kepala daerah yang bermasalah dengan hukum, terutama yang namanya korupsi. Kelompok ini mengatakan, sebaiknya sistem tetap kita pertahankan, tetapi mari kita lihat hal apa yang perlu dilakukan sehingga lebih efisien. Apakah sistem sudah dilaksanakan dengan baik dan tegas? Kelompok ini mengusulkan, sebaiknya dilaksanakan Pilkada serentak di suatu Daerah. Misalnya Jawa Barat ad 27 Kabupaten Kota, maka dalam waktu bersamaan diadakan 28 Pilkada. Satu Pilkada Provinsi dan 27 Pilkada Kabupaten/Kotamadya. Biaya boros terutama diakibatkan oleh kampanye. Sebaiknya biaya kampanye diambil dari APBN dengan memberikan hak yang sama untuk setiap peserta untuk beriklan di Televisi. Inilah contoh evaluasi yang masih sedang berlangsung di negeri tercinta.

Mari kita tinggalkan Pilkada. Sekarang kita lihat contohnya dalam Matematika. Misalnya diberikan soal sistem persamaan Linier. Tentukanlah solusi (himpunan penyelesaian) dari 3x – 2y = 5; 7x + 2y = 5. Sistem tersebut dapat dilakukan dengan 4 metode (cara), yaitu eliminasi, substitusi, matriks dan grafik. Metode manakah yang terbaik? Tentu semuanya baik. Tetapi dengan melihat kasus di atas maka metode yang paling tepat adalah eliminasi. Variabel yang dieliminasi adalah y. Dengan menjumlahkan persamaan pertama dengan kedua, maka variabel y tereliminasi (lenyap) sehingga didapat 10x = 10 dan x =1. Substitusi x = 1 ke persamaan 1 atau 2, didapat nilai y = -1.

Jika soal di atas dibuat dalam bentuk Pilihan Ganda, maka kita tidak tahu metode yang digunakan siswa tersebut. Sehingga susah mengatakan, apakah dia menggunakan metode yang paling cepat/simpel. Tetapi bila soal dalam bentuk essey test, maka jelas terlihat metodenya. Bila kita dihadapkan untuk memilih 1 orang siswa dari 2 orang yang menjawab benar soal di atas, maka pilihannya adalah siswa yang menjawab dengan metode eliminasi
Read More..

Kamis, 21 Februari 2013

Cognitive C5 (Sinthesis)

Cognitive kelima dari Bloom adalah Sintesa. Sintesa artinya membangun sebuah struktur atau pola sehingga membentuk pengertian yang baru. Kata kuncinya adalah tercipta yang baru. Kita sudah sering mendengar kata sintesa atau sintesis atau sintetis, seperti rotan sintetis, karet sintetis, kapur Barus sintetis dan lain-lain.

Sumber hutan sangat terbatas. Setiap hari hutan dibabat sehingga rotan juga berkurang, sementara kebutuhan akan rotan semakin banyak. Maka tidak jarang kita melihat perabotan seperti kursi kelihatannya terbuat dari rotan. Ternyata bukan rotan, yang disebut dengan rotan sintetis. Demikian juga dengan karet. Karet berasal dari getah pohon Karet, kemudian diolah menjadi karet dalam berbagai fungsi seperti ban mobil dan lain-lain. Karenad pohon karet memerlukan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan getah, sementara kebutuhan akan karet semakin meningkat, maka penerapan ilmu pengetahuan yang menghasilkan karet sintetis.

Kapur telah menjadikan Barus sebagai pusat peradaban pada abad 1-17 Masehi. Berbagai ekspedisi perdagangan entah melalui jalur sutera maupun yang mengarungi samudera telah membawa berbagai bangsa menuju Barus. Barus terletak di tepi Pantai Barat Sumatera, Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah. Itu karena disana ditemukan pohon yang menghasilkan kapur, yang disebut dengan kapur Barus.

Kapur yang berasal dari bagian dalam batang pohon Dryobalanops aromatica berbentuk kristal, sementara cara lain untuk memproduksi kapur adalah dengan mengristalisasi cairan yang berhamburan ketika pohon kapur ditebang. Semakin tua umur pohon, maka semakin banyak dan berkualitas tinggi kristal kapur yang dihasilkan.

Konon, pohon tersebut hanya ditemukan di Barus. Kapur Barus sangat harum dan dapat dimanfaatkan untuk pengawetan, pengobatan dan memberantas serangga. Jadi sangat wajar, jika kapur Barus harganya mahal dan dicari oleh seluruh pedagang dunia. Karena harganya yang mahal, maka ilmu pengetahuan berhasil diterapkan sehingga menghasilkan sintetis dari kapur Barus yang kita sebut dengan “kamper”. Akibatnya harga kapur Barus anjlok dan masyarakat setempat tidak menanam pohon dan bahkan saat ini sudah tidak ditemukan lagi spesies tersebut.

Nah kalau kita lihat contoh penerapan dari cognitive sintesis terhadap Matematika. Perhatikanlah Persamaan Kuadrat x2 – x - 6 =0 memiliki akar-akar x1 dan x2. Tentukanlah Persamaan kuadrat yang akar-akarnya (1 +x1) dan (1 + x2). Soal ini meminta kita mendapatkan Persamaan Kuadrat baru. Langkah pertama adalah mencari X1 dan X2. Setelah dicari, maka didapat X1 = -2 dan X2 = 3. Jadi Persamaan Kuadrat baru memiliki akar akar X3 = -1 dan X4 = 4 (sebut saja X3 dan X4). Langkah kedua adalah menentukan Persamaan Kuadrat dengan akar-kar -1 dan 4. Persamaan tersebut adalah x2 – 3x - 4 =0.

Kita perhatikan kembali Persamaan kuadrat berikut x2 – x + 6 =0 yang akar-akarnya X1 dan X2. Tentukanlah persamaan Kuadrat baru yang akar-akanya (1 + X1) dan (1+x2). Persamaan Kuadrat di atas tidak memiliki akar real. Artinya (X1 + 1) dan (X2 +1) juga imajiner. Jadi langkah pertama tidak dapat dilaksanakan. Jadi kita langsung pada langkah kedua menjadi (x -1-1/X1)(x-1-1/X2)=0. Hasil akhir dari langkah ini adalah diperlukan nilai dari (X1 + X2) dan X1.X2. Kedua nilai ini didapat dengan menggunakan rumus yang kita sebut dengan rumus abc. Nilai tersebut adalah X1+X2= 1 dan X1.X2=6. Setelah nilai tersebut disubstitusikan, maka didapat Persamaan kuadrat yang baru yaitu x2 – 3x + 8 =0 .

Pertanyaan adalah, apakah sintesis (C4) lebih susah dari analisa (C3)? Jawabannya relatif. Kalau dilihat contoh soal di atas ( Contoh soal pada Persamaan Kuadrat pada C3), maka soal pada C3 lebih susah dari soal C4 yang baru saja kita kerjakan. Ibaratnya sebuah komputer yang sering rusak dan macet. Komputer tersebut sering masuk bengkel dan gonta-ganti sparepart. Terkadang lebih mahal dibanding dari pada membeli yang baru. Rusak dan gonta-ganti kita analogikan dengan analisa. Sementara beli baru kita analogikan dengan sintesis.
Read More..

Cognitive C4 (Analyse)

Cognitive keempat dari Bloom adalah analisa (analyse). Analisa adalah kemampuan untuk merangkaikan bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang utuh dan menguraikan kesatuan menjadi bagian-bagian yang utuh. Bila kita ibaratkan dengan sepeda. Seseorang dikatakan memiliki kognitive tingkat analisa apabila dia mampu mempreteli sepeda sehingga semua bagian terpisah. Ban, setang, pedal, roda, rantai, rem dan semuanya terpisah. Semua baut terbuka. Kemudian dia mampu memasangnya kembali sehingga berbentuk sepeda yang berfungsi dengan baik. Itulah contoh nyata dari analisa.

Kalau kita kaitkan dengan Mata Pelajaran Matematika, misalnya Persamaan Kuadrat x2-mx + 9 =0. Apakah pendapatmu tentang nilai m? Akar-akar Persamaan Kuadrat dapat ditentukan bila koefisien dan constanta diketahui. Dalam kasus ini koefisien m tidak diketahui. Tetapi dapat dianalisa dengan mencari diskriminan D. Dari hasil diskrimanan D kita peroleh 3 kemungkinan. Pertama bila m = -6 dan m = 6, maka Persamaan Kuadrat x2-mx + 9 =0 memiliki satu akar. Akarnya adalah 3 untuk nilai m = -6 dan akarnya adalah -3 untuk nilai m = 6. Kemungkinan kedua adalah Persamaan kuadrat x2-mx + 9 =0 memiliki 2 akar real yang berbeda bila nilai m < -6 atau m > 6. Kemungkinan ketiga Persamaan Kuadrat x2-mx + 9 =0 tidak memiliki akar real atau memiliki akar imajiner bila -6 < m < 6.

Menurut Guru Besar Matematika ITB Iwan Pranoto, bahwa budaya bernalar rakyat Indonesia pingsan sejak tahun 1970-an. Budaya bernalar tak subur dan kalah pamor dengan kepatuhan. Bahkan penalaran kerap dikorbankan demi kesantunan. Murid membeo. Murid menyalin persis ucapan guru. Ditambah lagi sistem pendidikan sekarang menguntungkan murid penyalin dan penurut. Lebih parah lagi, pertumbuhan budaya bernalar dirusak oleh kebijakan itu sendiri. Kebijakan yang paling efektif merusak penalaran siswa adalah Ujian Nasional (Kompas, 20 Februari 2013)

Pernyataan Sang Guru Besar ini layak kita analisa. Pertama kata “sejak tahun 1970-an”. Itu artinya dunia pendidikan kita memiliki nalar tinggi sebelum tahun 1970. Paling tidak itu dirasakan oleh sang Guru Besar. Salah satu tokoh Matematika yang mengajak masyarakat bernalar saat itu adalah Tan Malaka.

Kedua, pada era itu adalah era kepemimpinan Presiden Soeharto dibawah rezim Orde Baru. Orde Baru berkuasa selama 32 tahun. Rentang waktu sepanjang itu sudah cukup membentuk budaya hingga saat ini. Barangkali Budaya dalam pemerintahan dan politik menular kedunia pendidikan hingga ke ruangan kelas. Guru memberikan nilai bukan pada bobot soal, akan tetapi pada kepatuhan, ketaatan dan kesopanan. Nilai cognitive digantikan oleh nilai afektive, sehingga orang lebih mengembangkan afektive (sikap). Semestinya sikap itu muncul karena adanya cognitive, akibanya sikap yang muncul adalah palsu dan cognitive yang dinilai adalah bohong.

Ketiga, adalah kebijakan pemerintah yang merusak budaya bernalar siswa dan masyarakat. Ini sangat membahayakan kalau memang benar. Salah satunya adalah Ujian Nasional. Memang Ujian Nasional tidak pernah sepi dari kritikan. Pemerintah sudah berusaha membuat supaya dalam pelaksanaan UN lebih baik setiap tahun. Salah satu usaha tersebut adalah membuat soal yang berbeda untuk setiap siswa dalam satu kelas, sehingga tidak terjadi contek menyontek. Tahun 2013, UN akan diterapkan sebagai alat ukur untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Kempat, sebaiknya pak Prof. Iwan Pranoto menuliskan semua kebijakan yang memandulkan nalar siswa/masyarakat beserta alasan-alasannya sehingga pemerintah, DPR, rakyat dan stakeholder dapat memahaminya demi kepentingan pendidikan bangsa. Bila perlu dilengkapi dengan solusi terbaiknya.
Read More..

Rabu, 20 Februari 2013

Cognitive C3 (Application)

Cognitive ketiga dari Bloom adalah penerapan (application) yang kita singkat saja dengan C3. C1 menuntut ingatan akan materi atau pengalaman. C2 menuntut pemahaman, agar tidak sekedar mengingat akan tetapi mampu menyebut kembali dengan bahasanya sendiri. C3 atau penerapan artinya kemampuan untuk menggunakan/menerapkan C2 (pemahaman akan pengalaman/materi) kedalam situasi/pengalaman lain.

Misalkan kita belajar tentang perkalian dua buah angka, sebut saja a x b, dimana a dan b anggota Bilangan Real. Hasil kali bilangan tersebut adalah Bilangan Real Juga. Bila hasil kali a x b = 0, maka ada 3 kemungkinan sehingga perkalian tersebut terjadi. Kemungkinan pertama adalah nilai a =0. Biar berapapun nilai b, pasti hasil perkaliannya nol. Kemungkinan kedua adalah nilai b = 0, biar berapaun nilai a, pasti hasil perkaliannya nol. Kemungkinan ketiga adalah nilai a = 0 dan nilai b = 0. Ketiga kemungkinan itu dapat ditulis dengan satu kalimat yang dihubungkan oleh kata “atau”. Perkalian tersebut terjadi bila a = 0 atau b = 0. Peristiwa ini merupakan pemahaman (C2). Sementara C1 nya adalah defenisi perkalian. Perkalian adalah penjumlahan berurutan.

Sekarang, kita beralih kepada konsep/materi yang lain yaitu Persamaan Kuadrat. Tujuan utama Persamaan Kuadrat adalah mencari himpunan penyelesaian, yaitu nilai variabel yang memenuhi Persamaan Kuadrat tersebut. Misalnya X2 – x - 6 =0. Persamaan Kuadrat tersebut dapat diselesaikan dengan memaktorkan menjadi (x-3)(x+2)=0. Hasil pemaktoran ini merupakan perkalian 2 buah bilangan. Nilai a = x -3 =0 atau b = x +2 =0. Jadi nilai x = 3 atau x = -2, adalah nilai variabel yang diminta. Inilah namanya penerapan perkalian dua buah bilangan terhadap Persamaan kuadrat. Penerapan bisa dipelajari seperti kasus diatas. Tetapi bisa juga muncul sesuai dengan soal yang diberikan. Kalau kita berbicara dalam konteks yang lebih luas, maka penerapan dari Ilmu Pengetahuan adalah tehnologi. Wujud dari semua pengetahuan adalah penerapan.

Contoh kedua, penerapan Fungsi Linier terhadap Fungsi Permintaan. Fungsi Linier berbentuk f(x) = ax + c. Dimana a adalah koefisien (gradien garis lurus) dan c adalah constanta. Nilai a,c dan variabel x adalah anggota Bilangan Real. Artinya ada tak terhingga himpunan penyelesaian (berupa titik) fungsi tersebut, sehingga membentuk garis lurus. Sekarang kita masuk pada konsep fungsi permintaan yaitu: jika harga suatu barang naik, maka permintaan akan barang tersebut akan turun.

Kita misalkan x adalah barang, dan f(x) adalah harga. Maka Fungsi Linier di atas menjadi lebih sempit. Artinya ada pembatasan. Pembatasan pertama adalah harga. Harga barang terendah adalah nol, yang disebut dengan barang bebas. Ada harga tertinggi, artinya suatu barang pasti ternilai. Misalkan saja harga tertinggi tersebut adalah H, maka batasan harga menjadi 0 < f(x) < H. Batasan kedua adalah koefisien (gradien). Karena harga naik dan permintaan turun, maka artinya gradien negatif. Jadi nilai b < 0, atau nilainya negatif. Batasan ketiga adalah barang (x). Nilai terendah barang adalah nol. Nilai tertinggi didapt bila harga terendah dan sebaliknya nilai terendah bila harga tertinggi. Jadi batasan ketiga adalah 0 x < |c/a|. Batasan keempat adalah konstanta a. A harus positif. Bila a negatif maka garis lurus akan berada pada kuadran II, III dan IV, artinya ada harga atau barang yang negatif. Ini tidak mungkin terjadi. Artinya harus pada kuadran pertama. Jadi batasan keempat menjadi a >0. Kombinasi dari keempat batasan inilah yang menjadi penerapan Fungsi Linier terhadap Fungsi Permintaan.
Read More..

Selasa, 19 Februari 2013

Cognitive C2 (Comprehension)

Cognitive kedua dari Bloom adalah Comprehension (pemahaman) yang disingkat saja dengan C2. Kalau C1 hanya mengingat, maka C2 mengukur apakah yang diingat itu dipahami? Bilangan Asli adalah bilangan yang diperoleh dari hasil (menghitung) mencacah. Atau siswa tersebut mampu menyebut pengertian menurut kalimatnya sendiri. Misalnya kita menyebut: Ada suatu bangun datar terdiri dari 4 sisi. Sisi yang berhadapan sejajar dan sama sama panjang. Bangun apakah itu?

Bila jawaban anak adalah persegi panjang, maka itu jawaban yang tepat. Bila anak menjawab bujur sangkar, juga tepat. Bila dijawab jajaran genjang juga tepat. Bila siswa menjawab ketiganya, itu artinya sangat tepat dan siswa tersebut sudah paham konsep yang dimaksud.

Apa bila pertanyaan kita perluas untuk mendapatkan jawaban yang lebih spesifik menjadi: Tidak ada sudutnya yang tegak lurus. Siapa menjawab jajaran genjang, dialah yang paham konsep jajaran genjang. Sudah kompeten C2. Sebab persegi panjang dan bujursangkar memiliki 4 sudut yang tegak lurus.

Terkadang C1 muncul hanya karena usaha untuk menyenangkan orantua atau guru. Siswa berusaha menghafal dengan sekuat tenaga. Tetapi sedikit perenungan. Berpikir sejenak, apa yang sedang kita pelajari. Informasi apa yang sedang diterima oleh telinga dan apa maksudnya. Bila kita misalnya memberikan contoh pencarian himpunan penyelesaian persamaan kuadrat x2 –x – 6 =0. Maka siswa tersebut mampu menghafalnya. Kemudian kita uji pemahamannya dengan soal yang lain (angkanya diganti), x2 –2x – 8 =0 maka dia sudah kebingungan. Inilah yang namanya tidak memahami, tetapi hanya menghafal. C2 butuh perenungan.

Apakah anda mengetahui/mengenal azas pemilihan umum? Bila kita menjawab langsung, umum, bebas dan rahasia yang biasa disingkat dengan luber, artinya kita sudah lulus C1. Kemudian bila pertanyaan dilanjutkan lagi, bagaimana menurut anda, bila seseorang sedang sakit dan tidak bisa datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara), apakah bisa diwakilkan kepada anaknya yang bisa hadir ke TPS? Bila kita jawab ya, maka kita tidak kompeten C2. Sesungguhnya harus dijawab tidak. Orang yang tidak dapat hadir ke TPS karena sakit, seharusnya TPS yang mendatangi orang sakit. Ini semua untuk menjaga azas langsung.

C2 perlu dimantapkan dengan berbagai cara. Apakah melalui berbagai contoh, atau kasus. Disinilah dituntut penyusunan bahan ajar yang kaya / luas akan wawasan.
Read More..

Cognitive C1 (Knowledge)

Menurut Bloom, Cognitive dibagi dalam 6 tingkatan yaitu knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), Application (penerapan), Anaysis (analisa), synthesis (sintesa) dan evaluation (evaluasi). Knowledge dalam artian ini sering juga disebut dengan ingatan atau fakta. Knowledge mengukur bagaimana seseorang mampu memanggil apa yang disimpan dalam memory otaknya, baik berupa defenisi, fakta, prosedur, nama dan lain lain. Untuk mempermudah mari kita sebut saja knowledge ini dengan C1.

Dalam penyusunan bahan ajar, materi yang pertama muncul adalah C1. Bilangan Asli adalah bilangan yang didapat dari proses menghitung (mencacah). Maka soal C1 menjadi: Apakah yang dimasksud dengan Bilangan Asli? Tetapi ada juga penyusun buku menulis pengertian Bilangan Asli dengan defenisi lain. Bilangan Asli adalah bilangan yang dimulai dari 1, 2, 3 dan seterusnya. Hal yang harus disadari adalah bahwa semua materi yang diajarkan merupakan pengalaman. Artinya angka itu merupakan hasil dari interaksi manusia.

Apakah ibukota negara Republik Indonesia? Jawabannya adalah Jakarta. Siapakah presiden pertama RI? Jawabannya adalah Ir. Soekarno. Siapakah presiden kedua Republik Indonesia? Jawabannya adalah Soeharto. Tetapi kalau ada yang menjawab lain dari Soeharto, maka siswa tersebut sudah berpikir bukan pada tingkat C1 lagi, tetapi sudah lebih. Dia sudah menginagt ketika Ibukota RI pindah ke Yogjakarta.

Pada materi Bahasa dan ilmu sosial sangat banyak C1. Misalnya kalau kita perhatikan siswa SD di Jawa Barat. Mereka mempelajari Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Sunda sebagai muatan lokal. Agar dapat berbicara dalam bahasa tersebut, siswa mutlak (100%) membutuhkan C1. Tanpa perbendahaaraan kata Inggris, mustahil bisa berbahasa Inggris. Warga pendatang seperti Jawa, Batak dan lainnya yang tinggal di Jawa Barat, ingin juga mengajarkan anaknya di rumah agar dapat berbahasa Jawa, Batak dan lainnya. Oleh karena itu setelah tamat sang anak bisa berbicara dalam 4 bahasa. Apakah anak kita sudah dapat berbicara dalam 4 bahasa? Kita baru lihat hanya dari segi bahasa. Bagaimana dengan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Agama, Kesenian, Olah Raga dan lainnya? Semuanya itu memerlukan C1. Kalau kita kumpulkam buku pelajaran kita sejak SD sampai dengan SMK, barangkali tingginya sudah 3 meter. Semuanya itu berisi C1. Pertanyaannya adalah, sesudah kita menyelesaikan semua jenjang pendidikan apakah C1 kita sudah memiliki ketebalan buku 3 meter?

Tentu jawabannya tidak. Jangankan 3 meter, menulis C1 dalam satu buku juga tidak mampu. Kalau begitu, yang dituntut bukanlah C1. Kita butuh C2, C3, C4, C5 dan C6. Bukan berarti C1 tidak penting. Oleh karena itu perlu diseleksi C1 yang terpenting. Ide tematik pada SD yang akan diterapkan dalam Kurikulum 2013, layak didukung. Manusia jangan dijejali dengan C1 terlalu banyak, nanti muntah atau banjir. Karena memory otak manusia sangat terbatas. Kita beruntung dapat menambah memory hingga mampu menampung lebih dari 3 meter ketebalan buku atau bahkan bisa mampu manampung 1 km ketebalan buku dalam ekternal memory kita yang kita sebut dengan hard disk, flash disk atau bahkan internet.

Kalau begitu apakah yang kita perlukan? Kita perlu organisasi. Kita perlu mengatur folder, sehingga mudah memanggilnya kembali, ketika diperlukan. Itulah yang perlu kita manfaatkan dalam pendidikan kita.
Read More..

Senin, 18 Februari 2013

Belajar dan Pendidikan [5]

Secara alamiah, pada diri setiap orang terjadi proses belajar. Tetapi bila ada usaha atau dan ada keterlibatan orang/pihak lain maka kita namakan dengan pendidikan. Pendidikan keluarga berarti dalam keluarga ada proses belajar yang sengaja diciptakan oleh anggota keluarga tersebut. Anak hormat pada orangtua dan orang lain. Anak diberi contoh makan yang baik, berbicara yang baik, mandi yang baik, berpakaian yang baik, beribadah/berdoa yang baik serta perbuatan baik lainnya. Orangtua menjadi model pertama yang membentuk sikapnya. Apa yang dilakukan orangtua menjadi tiruan bagi anak-anak sampai tiba waktunya untuk menentukan sikap sendiri. Semua sepakat bahwa keluarga merupakan pendidikan nonformal yang penting.

Anak itu mahkluk individu. Artinya pada diri anak bisa terjadi proses belajar diluar pengetahuan/jangkauan orangtua, baik melalui media elektronik, media cetak, pergaulan dengan teman atau orang yang tidak kita kenal. Untuk mengendalikannya kita perlukan peraturan atau larangan atau batasan agar dapat terjamin bahwa anak itu mendapatkan pengetahuan yang benar dan sikap yang benar. Indonesia bersyukur memiliki Komisi Pengawasan Penyiaran yang mengawasi siaran televisi yang sedang tayang. Demikian juga dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi yang memblokir semua situs porno sehingga anak-anak kita lebih aman.
Read More..

Minggu, 17 Februari 2013

Belajar dan Pendidikan [4]

Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar bila ada perubahan pada pengetahuan, sikap dan keterampilan, dimana perubahan itu bersifat tetap. Perubahan terjadi setiap saat seiring dengan bertambahnya usia dan masih berfungsinya dengan baik panca indera dan pikiran manusia. Ketika ada informasi baru, ketika itu juga muncul pengetahuan baru. Pengetahuan menghasilkan sikap dan keterampilan dan sikap serta keterampilan juga mengundang pengetahuan baru. Siklus demikanlah yang membuat manusia itu cerdas. Pertanyaan mendasar ada dua yaitu bagaimana membuat perubahan itu cepat terjadi dan bagaimana mengukur perubahan tersebut?

Pertanyaan pertama berkaitan dengan yang namanya kurikulum. Pada mulanya kurikulum dipakai pada perlombaan lari. Kurikulum adalah jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Kemudian berkembang menjadi berbagai macam defenisi menurut orangnya. Tetapi pada intinya kurikulum merupakan kumpulan pengalaman orang yang sudah tersusun secara sistematis. Pengalaman tersebut tentu pasti ada manfaatnya untuk kehidupan kelak. Kemudian kurikulum itu diorganisasikan menjadi bergabai Mata Pelajaran pada berbagai jenjang.

Mengapa kita harus belanja di pasar tradisional? Tentu ada pengalaman yang didalam otak kita. Oh karena kita tahu di sana lebih murah. Interaksi dengan pedagang nikmat. Dan berbagai macam alasan yang menjadi pengalaman kita dan orang lain. Mengapa kita belanja di mall? Tentu pengalaman membimbing kita untuk belanja di sana.Di mall tidak ada tawar menawar. Di sana bersih. Di sana ada hiburan. Tawar menawar, kebersihan dan hiburan merupakan pengalaman yang membuat kita harus bersikap untuk pergi ke sana. Oleh sebab itu secara tidak sadar, kita semua memiliki kurikulum. Kita merekam dalam memori kita semua pengalaman kita dan pengalaman orang lain. Pengalaman tersebut kita kompilasi dalam otak kita dan dipanggil kembali untuk pengambilan keputusan dalam hidup kita.

Seorang pekerja berangkat dari terminal Cililitan ke terminal Grogol dengan naik bis selama 3 jam. ternyata dia melalui terminal Kampung Melayu. Kemudian dari Kampung Melayu menuju Grogol. Setelah sampai di tempat kerja, temannya menganjurkan bahwa ada yang langsung dari Cililitan ke Grogol. Hari kedua dia langsung dari Cililitan ke Grogol dengan lama perjalanan 2 jam. Hari ketiga dia lebih cepat dengan menggunakan busway.

Pengetahuan pertama dari perjalan tersebut adalah Naik bis/angkot dari terminal Cililitan ke Kp Melayu. Kemudian dari KP Melayu ke Grogol. Setelah berbincang-bincang dengan temannya (boleh dikatakan temannya memberikan pelajaran), akhirnya dia dapat pengetahuan baru. Dilanjujtkan dengan sikap “mau/ingin” melaksanakan pengetahuan tersebut. Setelah dia melihat ada bus way, kemudian mencari informasi tentang busway tersebut, sehingga pengetahuannya bertambah. Lama perjalanan yang paling cepat dengan kenderaan yang tepat merupakan keterampilannya. Masih adakah pengetahuan tentang perjalan yang penting baginya? Tetntu masih ada, terutama menyangkut waktu berangkat. Jam berapakah waktu berangkat yang paling nyaman? Apakah pukul 06.30 atau pukul 7.00 atau pukul 08.00? Inilah pengetahuan baru yang perlu dimiliki pekerja baru tersebut.

Inilah yang namanya belajar informal (pendidikan informal). Orang ini memerlukan 3 hari untuk mendapatkan rute perjalanan dan jenis kendaraan yang pas untuknya. Pasti ada juga yang butuh satu hari. Dan mungkin juga ada yang butuh lebih dari 3 hari.
Read More..

Kamis, 14 Februari 2013

Belajar dan Pendidikan [3]

Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar bila mengalami 3 perubahan, dimana perubahan itu relatif menetap. Perubahan dalam bidang pengetahuan (cognitive, knowledge) dari yang tidak tahu menjadi tahu. Karena ada perubahan pengetahuan mengakibatkan/menghasilkan adanya perubahan sikap pada diri orang tersebut. Dari malas menjadi rajin. Dari nakal menjadi baik. Dari pendiam menjadi orang yang banyak tanya. Dari takut menjadi berani atau sebaliknya. Perubahan pengetahuan mengakibatkan perubahan sikap dan perubahan sikap mengakibatkan perubahan pengetahuan (adanya pengetahuan baru). Demikian siklus perubahan, sehingga akhirnya manusia itu cerdas. Selama indera masih berfungsi dengan baik, maka belajar, perubahan tetap terjadi. Itulah sebabnya ada istilah "long life learning" atau belajar sepanjang hayat.

Pada umumnya sikap ada 2 bagian. Pertama adalah sikap (attitude, affective) dalam artian respon yang muncul akibat adanya pengetahuan baru seperti takut, berani, ramah, rajin dan lain-lain. Sikap yang kedua adalah sikap dalam artian sikap kerja (performance indikator). Sikap kerja diperlukan dan dipelajari terutama oleh sekolah yang tujuan utamanya terjun ke dunia kerja seperti SMK. Bagaimana sikap menerima telepon, bagaimana sikap menerima tamu, bagaimana sikap mengetik, bagaimana sikap berbicara dan lain-lain. Sikap kerja merupakan bagian dari pelajaran. Ada silabusnya. Semua siswa akan memiliki sikap yang sama dalam mengetik misalnya. Tetapi sikap dalam artian respon atas pengetahuan bukan bagian dari pelajaran tetapi hasil belajar. Oleh karena itu setiap siswa bisa memiliki sikap yang berbeda atas adanya pengetahuan yang sama.

Keterampilan merupakan hasil dari pengetahuan dan sikap. Misalnya seorang koki. Gelar koki tidak mungkin disandang kalau dia tidak mengetahui cara memasak beberapa jenis masakan. Tidak mungkin juga dia jadi koki kalau tidak memiliki sikap "suka" pada profesi koki. Wujud dari kesukaan itu, maka dia belajar banyak tentang masakan dan melakukannya secara berulang-ulang. Sekali lagi, melakukan secara berulang ulang. Ibarat penyanyi professional, mereka bisa latihan menyanyi hingga berjam-jam sehari. Itulah yang disebut dengan latihan. Latihan menghasilkan kecepatan. Mengerjakan segala seuatu dengan cepat dan benar. Jadi alat ukur keterampilan adalah cepat dan benar. Cepat karena latihan. Benar karena ada pengetahuan.
Read More..

Rabu, 13 Februari 2013

Kebebasan itu Mahal!

Kelemahan anak/siswa yang sering muncul adalah kebiasaan ketika seorang guru sedang berbicara, anak tersebut membuat pembicaraan sendiri. Paling parah adalah mengganggu temannya. Barangkali ada hubungannya karena anak tersebut tidak memahami persoalan yang sedang dibahas. Tetapi bagi kita, tidak masalah dia berbicara dengan temannya asalkan tidak mengganggu yang lain dan topiknya masih sama dengan yang sedang dibahas. Tetapi untuk mengetahui apa yang sedang dibicarakan anak, kita harus menanyakannya terlebih dahulu sebelum menegurnya. Biasanya pertanyaan yang kita ajukan adalah menanyakan kalimat terakhir yang kita ucapkan. Kemudian pertanyaan kita lanjutkan dengan pertanyaan yang mengukur pemahaman siswa akan apa yang sedang dibahas. Bila keduanya dapat dijawab dengan baik, sesungguhnya tidak ada masalah yang berarti. Itulah salah satu kebebasan yang kita berikan kepada siswa, kebebasan yang bertanggungjawab.

Tetapi sebaliknya bila tidak bisa di jawab, itu artinya topik yang dibicarakan menyimpang dari pembicaraan. Disinilah diperlukan pengarahan. Bila seorang guru (orang tua, atau seseorang) sedang berbicara, sebaiknya kita bersikap mendengarkan dengan baik. Disamping menghormati pembicara, menyimak dengan baik juga belum tentu langsung mengerti. Berbicara sendiri ketika guru berbicara dapat mengganggu konsentrasi anak yang lain. Itu melanggar hak orang lain. Tersitimewa siswa SMK. Ciri SMK adalah professional yang diidentikkan dengan kejuruan. Siswa/pekerja yang professional adalah taat aturan. Misalnya seorang pekerja sedang mengoperasikan alat/barang yang harganya milyaran. Akibat ketidaktaatan pekerja tersebut terhadap prosedur operasi, sehingga mengakibatkan kerusakan. Siapa yang bertanggungjawab membayar barang semahal itu? Bagaimana kalau pekerjaan itu menyangkut dengan keselamatan jiwa banyak orang. Karena keteledoran kita sehingga jiwa orang lain melayang. Mampukah kita mempertanggungjawabkannya?

Kalau kebebasan belum bisa dihormati, sebaiknya kebebasan tidak perlu. Semua harus diatur dengan tegas. Ketika guru menjelaskan, maka tak seorangpun boleh berbicara. Kalau ada yang tidak jelas, silahkan mengangkat tangan. Tidak boleh berpindah tempat duduk. Tidak boleh ini, tidak boleh itu. tidak boleh.....

Kebebasan di kelas merupakan miniatur dari kebebasan diluar kelas, seperti disekolah, dirumah maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Derajat kebebasan masyarakat harus diukur. Kemudian diterapkan dengan aturan (hukum)yang mengikatnya.
Read More..

Selasa, 12 Februari 2013

Belajar dan Pendidikan [2]

Pengetahuan ada karena ada stimulus yang ditangkap oleh panca indera. Misalnya kita melanjutkan cerita ular. Sekarang kita umpamakan kasusnya berbeda. Kalau kasus pertama, seorang anak menyaksikan sendiri bagaimana seekor ular menangkap, membunuh dan menelan seekor babi hutan. Indera yang digunakan adalah mata.

Sekarang mari kita gunakan indera kedua, yaitu telinga. Stimulusnya adalah kita menceritakan sebuah peristiwa seekor ular menangkap, membunuh dan memakan seekor babi hutan kepada beberapa orang. sikap yang muncul mungkian ada anak yang mendengar dengan antusias, mungkin ada tak peduli, mungkin ada yang ngantuk, dan macam-macam. Tentu saja kondisinya sangat berbeda dengan kondisi menggunakan indera mata. Respon atau sikap yang muncul sangat tergantung dari orang yang bercerita. Bila yang bercerita adalah orang yang memang ahli tentang ular, dan mampu merangkai kata-kata dengan intonasi yang baik, maka anak juga akan menunjukkan sikap positip. Pertanyaanya adalah indera manakah yang mampu merubah pengetahuan, sikap dan keterampilan orang? Kombinasi dari panca indera dalam belajar akan memantapkan proses belajar. Tetapi yang paling dominan adalah telinga dan mata sehingaa sering disebut dengan pengajaran secara audio visual.

Pertanyaan adalah bagaimanakah mengukur knowledge itu? Bagaimana mengukur attitude itu? Dan bagaimana juga mengukur skill? Blomm menjabarkan atau mengelompokkan knowledge (cognitive) itu menjadi 6 tingkatan yang disebut dengan Taxonomi Bloom (sering juga disebut dengan C1, C2, C3, C4, C5 dan C6). Tingkatan itu diurutkan menurut hierarki berpikir manusia. Taxonomi Bloom juga digunakan sebagai acuan dalam penyusunan bahan ajar dan sekaligus dalam penyusunan alat evaluasi (soal). Taxanomi Blomm membantu gusu dalam menyusun tingkat kesukaran bahan ajar dan alat evaluasinya. C1 adalah soal yang paling mudah sementara C6 adalah soal yang paling susah.
Read More..

Belajar dan Pendidikan [1]

Sesorang disebut berhasil dalam belajar, jika dalam dirinya terjadi 3 perubahan, dimana perubahan itu relatif tetap (tidak berubah). Perubahan yang dimaksud adalah: 1. Perubahan pengetahuan (knowledge, cognitive) yaitu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. 2. Perubahan sikap (attitude, Afective)perubahan respons atas adanya pengetahua (dari tidak mau menjadi mau, dll) 3. Perubahan keterampilan ( Skill, psikomotorik)yaitu dari tidak bisa menjadi bisa

Segala sesuatunya dimulai dari pengetahuan. Pengetahuan datang karena adanya stimulus. Stimulus ditangkap oleh panca indera kita. Sementara sikap adalah respon kita terhadap adanya stimulus (adanya pengetahuan baru). Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu (pengetahuan) dengan benar dan cepat.

Misalanya seorang anak melihat ular sedang makan babi hutan. Stimulus adalah " ular sedang makan babi hutan". Pengetahuannya adalah ular panjang. Dengan badan yang panjang ular mampu melilit babi hutan sehingga tidak bisa bergerak, tidak bisa bernafas dan akhirnya mati. Pengetahuan kedua adalah ular yang mulutnya kecil, mampu memakan babi hutan yang besar.

Dimanakah sikap muncul? sikap yang ditimbulkan oleh karena adanya stimulus tersebut adalah takut. Sianak membandingkan dirinya dengan babi hutan. Babi hutan saja yang bisa berlari kencang dapat ditangkap oleh ular. Apalagi saya yang tidak sekencang babi hutan. Badan saya tidak lebih besar dari badan babi hutan. Itu artinya saya dapat dililit dan dimakan oleh ular. Jadi sekali lagi, sikap yang muncul adalah takut. Lain kali, kalau bertemu dengan ular, maka dia akan menjauh dan berhati-hati.

Bila satu stimulus diberikan kepada beberapa orang, maka pengetahuan dan sikap yang timbul pasti berbeda-beda. Anak yang satu melihat ular bukan dari panjangnya, akan tetapi yang menjadi pengetahuan bagi dia adalah giginya yang mengait kedalam. Kalau menggigit, bisa sampai robek atau malah giginya sampai copot. Ada juga anak melihat ular dari racun yang ditimbulkannya. demikian juga dengan sikap. Ada juga anak yang tidak menunjukkan sikap takut sama sekali. Semuanya sangat tergatung dari situasi dan orangnya. Itulah sifat manusia, bahwa tidak ada dua orang (individu) yang sama di muka bumi ini. Biarpun badan, wajah, muka sama, tetapi sikapnya dalam merespons sesutau pasti ada perbedaan.
Read More..

Jumat, 08 Februari 2013

Andi Mengalahkan Anas

Berbicara tentang andi, terasosiasi dengan nama Andi Alfian Mallarangeng atau sering disebut dengan Andi Mallarangeng. Nama itu terkenal ketika beliau sering tampil diberbagai media terutama televise sebagai pengamat politik. Kemudian pada awal Era Reformasi membentuk partai baru bernama Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PPDK) bersama Prof. Ryas Rasyid sebagai ketua dan andi sebagai sekretaris Jenderal. Partai ini menjagokan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden. Tetapi partai ini tidak mendapat suara signifikan pada pemilu 1999.

Andi Mallarangeng kemudian bergabung dengan Partai Demokrat dan menjadi salah satu Ketua Partai. Pada pemilu tahun 2004, partai Demokrat bukan sebagai pemenang tetapi mampu menghantarkan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden pertama hasil pilihan rakyat Indonesia. Bersamaan dengan itu, Andi Mallarangeng diangkat menjadi Juru Bicara Presiden.

Pada pemilu tahun 2009, Partai demokrat tampil sebagai pemenang dengan perolehan suara yang spektakuler 21%, ada kenaikan kira-kira 300% dibandingkan dengan pemilu sebelumnya. Sekaligus menghantarkan SBY terpilih kembali sebagai presiden RI dan beliau mengangkat Andi Mallarangeng sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga.

Nazaruddin (mantan bendahara umum partai Demokrat) yang terlibat dalam kasus korupsi Hambalang sring menyebut nama andi Mallarangeng dan anas Urbaningrum dalam siding maupun siaran persnya. Akhirnya KPK menetapkan Andi Mallarangeng sebagai tersangka. Tanggal 7 Desember 2012, Andi Mallarangeng mundur dari Jabatan Mempora.

Sementara Anas Urbaningrum berasal dari Ketua Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), kemudia terpilih sebagai Ketua Umum Demokrat mengalahkan Andi Alfian Mallarangeng dan Ketua DPR Marzuki Ali. Karena namanya sering disebut Nazaruddin, maka elektabilitas partai anjlok. Kader partai juga mengalami perbedaan pendapat. Ada yang menginginkan Anas mundur, ada juga yang mempertahankannya. Akhirnya Ketua Majelis Partai mengambil alih kepengurusan DPP ke Majelis Tinggi Partai. Secara semu, boleh dikatakan menonaktifkan Anas.

Mari kita tinggalkan perasalahan Parati Demokrat. Kita tertarik pada kata "andi" dan "anas". Bila kita ketik kata “anas” pada mesin pencari kata Google, maka didapat ada 39,7 juta laman yang memuat kata tersebut. Sedangkan kata Andi dimuat 87,9 juta laman. Jauh meninggalkan Anas. Andi mengalahkan anas. Jawaban sementara karena anas artinya laki-laki (bahasa Arab), sementara Andi adalah gelar bangsawan Bugis. Jadi andi ada juga lelaki dan ada juga perempuan seperti Andi Nurpati. Tetapi sekalipun anas dibantu oleh anisa (perempuan), tetap juga andi yang menang. Anisa hanya memiliki 13.100.000 laman.
Read More..

Kamis, 07 Februari 2013

Dampak Ganda Perubahan / Multiflier Effect of Change

Perubahan yang tidak bisa ditahan, tidak bisa dihentikan adalah perubahan waktu. Waktu tidak bisa kembali. Waktu tidak bisa ditahan. Waktu berjalan terus seiring perputaran bumi terhadap sumbunya (rotasi). Kita tidak mampu secara konsisten menyesuaikan perubahan waktu dengan kedewasaan kita. Ketika melihat teman sebaya sudah punya jabatan tinggi,sehingga kita sadar dan berkata, " oh semestinya jabatanku sama dengan dia ". Kita selalu mengingat kondisi kita sama dengan kondisi ketika kita masih muda dan berprilaku seperti anak muda juga.Hampir semua bidang kehidupan dihubungkan dengan waktu.

Mengapa kita berubah? Kita berubah karena panca indera kita berfungsi dengan baik. Kita melihat seseorang memiliki sepatu baru (merek baru), kita berubah dan ingin membeli sepatu baru juga. Ada juga tidak terpengaruh sama sekali. Kita mendengar musuh kita sudah bertobat, kita berubah sikap dengan menjalin persahabatan. Ada juga yang tidak berubah dan berkata, "itu pura-pura". Kita merasakan panasnya terik matahari, kita berubah pikiran untuk menanam pohon. Ada juga yang berubah negatif dan malah membabat hutan. Kita mencium baunya buah durian dan merasakan lezatnya, kita berubah menjadi pecandu dan sekaligus pedagang durian. Perubahan tercipta jika ada manfaatnya bagi kita. Berbeda dengan waktu. Ada yang merasakan manfaatnya atau tidak ada sama sekali waktu tetap berubah. Kalau manusia, ada yang berubah dan ada juga yang tidak berubah sama sekali. Itulah prilaku.

satu perubahan akan mengakibatkan perubahan yang lain. Perubahan berantai. Bocah Ponari mampu mengobati segala macam penyakit (sekalipun tidak terbukti), maka masyarakat berubah dengan berbondong-bondong berobat dan melupakan puskesmas. Ponari sibuk mengobati. Ponari juga jadi malas belajar. Akibatnya Ponari tinggal kelas. Pertanyaannya adalah stimulus apakah yang akan kita berikan sehingga orang berubah? Perubahan apakah yang kita harapkan?

Perubahan rakyat dapat dibangun melalui pendidikan. Pendidikan menjadikan rakyat semakin tahu hak, kewajiban dan kebutuhan baik dirinya maupun kelompok, daerah dan bangsanya. Pendidikan mengajarkan rakyat untuk semakin nasionalis. Pendidikan mengajarkan rakyat agar mampu memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan keluarganya baik masa kini maupun masa depan. Faktor kedua yang mampu merubah rakyat adalah agama. Agama mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dalam segala hal. Agama mengajarkan kita untuk tidak berprasangka buruk. Agama mengajarkan kita untuk mengasihi sesama. Faktor ketiga adalah budaya. Budaya mempererat dan menyatukan bangsa, baik melalui seni, adat, peninggaln sejarah, dan lain-lain.

Perubahan pemimpin. Ketika kepemimpinan Indonesia berubah dari tangan Belanda Ke Panglima Besar Revolusi Sukarno, Indonesia berubah drastis. Rakyat bebas dari kerja rodi. Rakyat bebas memelihara ternak tanpa takut diambil oleh penjajah. Rakyat bebas bertani dan berusaha tanpa adanya upeti. Sekolah bukann hanya milik penjajah, orang kaya atau bangsawan, akan tetapi seluruh rakyat. Rakyat berubah. Dari rakyat jelata (atau ada yang budak Belanda) menjadi Kepala Desa, Camat, Bupati, Gubernur, menteri dan ada yang menjadi Presiden. Dari rakyat jelata menjadi guru, polisi, tentara, Pegawai Negeri Sipil, Pengusaha, anggota dewan, Ketua Partai, dan semua bidang kehidupan yang tadinya dikuasai oleh penjajah berubah penguasaan menjadi di dipegang oleh rakyat Indonesia dan Pemerintah Indonesia. Inilah revolusi, perubahan secara cepat dan besar yang berdampak pada seluruh sendi kehidupan bangsa.
Read More..

Rabu, 06 Februari 2013

Pendidikan Demokrasi [1]

Demokrasi ada pada sila keempat Pancasila. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikdmad kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan. Kalau kita bedah satu persatu, maka sila ini mengandung 4 hal yaitu 1. Rakyat yang harus dipimpin, 2. Pemimpin yang berhikmad bijaksana, 3. Kebijakan diambil dengan Musyawarat, 4. Bila tidak memungkinkan untuk bermusyawarat (karena jumlah penduduk terlalu banyak), maka diperlukan Perwakilan.

Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai bangsa yang hidup. Artinya demokrasi sudah diterapkan oleh nenek moyang kita sejak zaman purba hingga saat ini tanpa terputus. Demokrasi diterapkan dalam setiap sendi kehidupan, baik dipedesaan, perkotaan, lembaga desa, lembaga perintahan, lembaga sosial masyarakat dan lembaga politi serta lembaga negara.

Rakyat dan Pemimpin

Rakyat Indonesia sangat majemuk. Ada suku Aceh, Batak, Minang, Melayu, Sunda, Jawa, Bali, Bugis dan lain-lain. Rakyat majemuk, artinya bahasa majemuk, adat dan tradisi majemuk, dan agama juga majemuk serta kepentingan/kebutuhan juga majemuk. Total penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 237.000.000 jiwa. Jumlah penduduk sebanyak ini cukup dahsyat. Cukup dahsyat jumlah beras yang harus disediakan pemerintah setiap hari. Kalau misalnya setiap orang memerlukan 0,5 kg setiap hari, maka Indonesia butuh 118.500.000 kg. setara dengan 42.660.000.000 kg setahun.Apakah lahan pertanian bertambah setiap tahun? Pasti jawabannya tidak. Disinilah dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu menciptakan "ketertiban dan keteraturan" sebagai mana dibahas pada "Matahari dan Pemimpin". Pemimpin yang dimaksud adalah pemimpin yang bijaksana dan berhikmad, yang mampu memproduksi (paling tidak mampu menyediakan) beras sebanyak itu. Itu baru beras, belum dengan kebutuhan yang lain. Ada tak terhingga banyaknya kebutuhan rakyat Indonesia yang harus dipenuhi.

Musyawarat dan Perwakilan

Musyawarat artinya berembug untuk membicarakan kepentingan bersama. Musyawarat dapat dilaksanakan bila jumlah orang yang berkumpul terbatas. Artinya, ketika seorang berbicara, maka semua peserta dapat mendengar dengan baik, dan dimungkinkan setiap peserta memberikan usul/pendapat masing-masing. Untuk membicarakan kepentingan Indonesia tidak mungkin di laksanakan musyawarah seluruh rakyat Indonesia. Seandainya bisa, dimanakah tempat berkumpul orang sebanyak 230 juta? Bagaimana dengan makannya? Bagaimana dengan minumnnya? Bila misalkan setiap orang mengeluarkan air seni 1 liter satu hari, maka air seni peserta rapat bisa membuat banjir satu kota. Oleh karena itu mutlak memerlukan perwakilan.

Sekalipun dari jumlah orang memungkinkan musyawarat, tetapi bisa tidak tercapai hasil musyawarat. Bila muswawarat tidak tercapai, maka diadakan suara terbanyak (voting).

Setiap orang memiliki hak yang sama untuk mengutarakan usul/pendapat masing-masing.
Implementasi demokrasi pada lembaga Negara, Pemerintahan dan Lembaga Politik menjadi sorotan media. Pertanyaan adalah apakah negara, pemerintah dan lembaga politik sudah menerapkan demokrasi? Seandainya tidak ada demokrasi, apakah negara kita lebih maju dari yang sekarang? (Kata orang pintar, negara RRC maju pesat berbarengan, dimana negara tersebut memiliki tingkat penerapan demokrasi yang kurang baik). Apakah USA yang sering dijadikan barometer demokrasi menjadi negara maju karena penerapan demokrasi? Biarlah ini tetap menjadi pertanyaan.

Ada orang bilang, baik Orde Lama maupun Orde Baru sama-sama tidak menerapkan demokrasi dengan baik atau agak condong otoriter. Orde Reformasi menerapkan lebih baik demokrasi dibanding dengan orde sebelumnya. Tetapi faktanya ada 488 Pilkada Kota/Kabupaten dan ada 33 Pilkada Daerah Provinsi. Rata-rata ada 1,43 Pilkada setiap hari. Bisa dibayangkan biaya pemerintah dan biaya setiap peserta yang keluar. Belum lagi sering terjadi bentrok antara pendukung yang kalah dengan yang menang. Artinya demokrasi kita sekarang cukup boros. Kalau begitu, demokrasi untuk apa? ( bersambung....)


Read More..

Selasa, 05 Februari 2013

Perubahan

Perubahan jarak yang ditempuh dalam setiap perubahan waktu disebut dengan kecepatan. Perubahan kecepatan dalam setiap waktu disebut dengan percepatan. Bila perubahan kecepatannya negatif, maka terjadi perlambatan.

Pertanyaannya adalah, kapan kita mengubah kecepatan? Bila jalanan padat/ramai, rusak, hujan, maka kita butuhkan perubah yang namanya perlambatan. Bila jalanan sepi, mulus, tidak licin/hujan maka kita perlu perubahan kecepatan yang namanya percepatan. Atau kalau kita sedang buru-buru, kita butuh percepatan.

Seorang pengendara sudah terlatih untuk melakukan perubahan kecepatan dalam tempo yang singkat. Justru kalau tidak mampu melakukan perubahan akan mengakibatkan bahaya. Pekerjaan sehari-hari pengendara adalah "perubahan".

Banyak juga orang hidup dengan mengandalkan perubahan. Para pialang selalu mengamati perubahan indeks harga saham. Kalau naik, ada yang beruntung. Kalau turun, ada juga yang beruntung. Tetapi kalau monoton, tidak naik dan tidak turun para pialang tidak mendapat keuntungan.Ada juga yang menikmati keuntungan akibat monoton Ada juga yang mendapat keuntungan dalam segala kondisi.

Kita semua pasti memiliki jam dinding yang sudah tertempel di dinding. Ketika kita masuk kamar/ruangan, maka mata kita tertuju ke jam dinding tersebut. Ketika kita mau keluar kamar/ruangan juga melihat jam tersebut. Bahkan setiap memulai dan mengakhiri kegiatan di kamar/ruangan tersebut kita terbiasa melihatnya.

Sekarang mari kita pindahkan posisi jam dinding ke dinding sebelah (dinding yang lain). Pertanyaanya adalah berapa lamakah kita salah lihat dalam sehari? Berapa hari kah kita masih melakukan kesalahan? Semakin sering kita salah, itu artinya posisi awal lebih baik. Sebaliknya semakin cepat kita meninggalkan salah lihat, maka posisi terakhir jam dinding tersebut sudah tepat.

Memindahkan jam dinding ke dinding yang lain dalam satu kamar/ruangan adalah perubahan yang super sederhana. Hanya memerlukan waktu beberapa menit saja. Pekerjaan yang dituntut oleh jam tersebut juga super sederhana, yaitu hanya memalingkan kepala (melihat) beberapa detik saja. Tetapi bisa berhari-hari kita melakukan kesalahan, hanya melihat saja.

Itulah perubahan. Merubahnya sangat gampang. Tetapi pelaksana dan pengguna perubahan itu mengalami kewalahan. Bukan masalah tidak tahu. Bukan masalah tidak mengerti. Tetapi masalah kebutuhan, keperluan dan manfaat. Bila dirasakan perlu, dirasa butuh, dan dirasa bermanfaat, maka perubahan akan berdampak baik. Sebaliknya bila tidak di rasa perlu-apalagi merugikan dirinya-, sekalipun perubahan sederhana, tetap juga tidak berhasil.

Oleh karena itu, perubahan harus dirancang dengan tepat. Tepat dirasa perlu oleh pemikir/konseptor dan tepat waktu/momen. Tepat dirasa perlu oleh pelaksana (subjek) di lapangan. Tepat dirasa perlu oleh objek. Pertanyaan berikutnya adalah perubahan apa yang dihasilkan/diharapkan dari perubahan tersebut?
Read More..

Matahari dan Pemimpin


Matahari terbit di sebelah timur dan terbenam di sebelah Barat (sekalipun faktanya tidak pernah terbit dan tidak pernah terbenam, karena bumi yang berputar).Dia tidak pernah terlambat terbit dan juga tidak pernah terlambat terbenam sejak zaman dahulu kala hingga saat ini bahkan hari esok. Itulah kekekalannya dan itulah hukumnya. Semua manusia dan mahkluk hidup yang lain menggantungkan kehidupan kepadanya serta menyesuaikan kegiatan dengan hukumnya Sang Matahari.

Kita tidur pada malam hari, karena matahari tidak bersinar. Seandainya matahari bersinar 24 jam, kita pasti tidur tidak teratur. Siang hari dia memancarkan terang dan panas. Terang membuat mata mahkluk hidup berfungsi. Seandainya tidak ada terang, mata terbuka atau tertutup sama saja.

Panas memberikan energy pada mahkluk hidup. Karena panas, tumbuhan berfotosintesis. Tumbuhan memasak zat makannanya. Energi panas matahari berubah wujud menjadi energi kimia yang terkandung dalam tumbuhan. Seandainya tumbuhan tidak ada, bumi akan makin panas (global warming). Semakin banyak tumbuhan dimuka bumi, bumi semakin sejuk.

Herbivora memakan tumbuhan, sehingga herbivora memiliki energi, tumbuh dan berkembang. Carnivora memakan herbivora, sehingga memiliki energi, tumbuh dan berkembang. Omnivora (manusia) berpestapora memakan segalanya sehingga memiliki energi, tumbuh dan berkembang. demikian siklus energi.

Karena ada matahari sehinga ada penguapan. Melaui udara/angin uap air berpindah ke gunung dan kemana saja serta turun dalam bentuk hujan. Karena ada matahari sehingga tumbuh-tumbuhan dan mahkluk hidup yang ada dipermukaan bumi basah. Karena ada matahari, jadilah sungai. Tetapi jangan di sebut, "Karena matahari maka terjadi banjir". Karena ada matahari ada kehidupan di muka bumi.

Demikianlah Tuhan menciptakan segala sesuatunya dalam keadaan tertib dan teratur. Tuhan telah membuat hukumnya masing masing. Tugas manusia adalah menyingkap hukum tersebut dan memanfaatkan untuk memelihara ketertiban dan keteraturan yang telah ada serta memanfaatkannya untuk kebutuhan umat manusia. Matahari diciptakan Tuhan bukan untuk satu orang. Bukan untuk satu bangsa, bukan juga untuk satu negara. tetapi untuk semua penghuni bumi.Menjaga ketertiban dan keteraturan, bukan tanggungjawab seorang, bukan tanggungjawab kelompok akan tetapi tanggungjawab bersama.Disinilah dituntut yang namanya pemimpin.

Pemimpin menjaga keseimbangan kepentingan orang yang satu dengan yang lain, kelompok satu dengan kelompok yang lain. Pemimpin membatasi atau mengendalikan pestapora, menjadi kecukupan. Pemimpin mampu memelihara dan menciptakan "keteraturan dan ketertiban" baik di alam maupun manusia.Pemimpin mampu melihat potensi akan datangnya gangguan terhadap "keteraturan dan ketertiban". Pemimpin mampu menjelaskan dan meyakinkan orang akan adanya gangguan terhadap "keteraturan dan ketertiban". Pemeimpin mampu mengendalikan potensi gangguan terhadap "keteraturan dan ketertiban " tersebut menjadi keuntungan bagi banyak (semua) orang.
Read More..