Halaman

Translate

Kamis, 14 November 2013

Penjajah di sekitar Kita

Sekarang masih suasana Hari Pahlawan. Hari ketika Arek-Arek Suroboyo memprotes atas berkibarnya bendera Belanda Merah Putih Biru di atas Hotel Yamato di Surabaya. Dengan paksa Arek-Arek menurunkan bendera Belanda dan merobek birunya, kemudian menaikkan Merah putih, setelah pengorbanan jiwa. Keberanian dan perjuangan mereka layak dianggab sebagai penjelmaan perjuangan Bangsa Indonesia. Peristiwa itulah yang kita peringati setiap tahun sebagai hari pahlawan.

Kondisi negara sekarang ini tidak menuntut kita seperti Arek-Arek Surabaya. Kini saatnya kita hanya untuk mengolah, menikmati, mengamankan serta menjamin bahwa setiap warga negara ikut menikmati kekayaan bumi kita. Apabila itu tidak terjadi, maka ada penjajah disekitar kita. Kita tidak mampu mengetahui dan mengolah kekayaan bumi RI, berarti penjajahnya adalah kebodohan atau ketakutan. Bila hanya segelintir warga yang menikmati kekayaan bumi RI, berarti penjajahnya adalah saudara kita juga, yang mengambil hak saudaranya. Kalau kita berantam atau bentrok karena kekayaan kita, maka penjajahnya adalah kita sendiri yang tidak sanggup teratur, tidak mampu mengatur atau tidak mau diatur atau tidak punya kemampuan membuat aturan yang baik. Kalau kekayaan kita hilang tanpa dinikmati oleh satupun warga negara atau malah jadi bencana, maka penjajahnya adalah kealpaan kita. Tidak memikirkan masa depan. Mementingkan kepentingan hari ini atau kepentingan pribadi atau golongan di atas kepentingan bangsa. Tidak memiliki visi.

Kita tidak hidup sendiri di muka bumi ini. Tetapi kita bertetangga dengan negara lain, baik tetangga dekat maupun tetangga jauh. Banyak negara ngiler dengan kekayaan RI. Mereka akan mewujudkannya dengan berbagai bentuk. Mereka akan mencari dan memanfaatkan setiap kelemahan kita. Adakah kita sedang memikirkan dan mengantisipasinya, sehingga menjadi keuntungan buat bangsa?
Bagaimana kalau kekayaan bumi kita sudah habis, apakah kita bisa hidup?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar