Halaman

Translate

Selasa, 21 Januari 2014

UNDANGAN BANJIR

Awal tahun 2013, Pemerintahan Baru Jokowi_Ahok disambut banjir Jakarta yang hebat. Bendungan Latuharhari BKB jebol. Korban jiwa dan korban hartapun jatuh. Jokowi berujar untuk menormalisasi kali, melakukan sumur resapan, normalisasi situ dan menghidupkan wacana puluhan tahun lalu untuk membuat deep tunnel (terowongan dalam tanah) dari Cawang menuju Kalibata hingga ke laut Jawa.

Dalam kurun waktu satu tahun ini, Jokowi sudah menormalisasi sebagian kecil kali dan menormalisasi situ, seperti situ Pluit. Jokowi harus memindahkan ribuan penduduk sekitar Situ Pluit ke rumah susun. Memang, normalisasi tersebut sudah hampir rampung. Dari semua yang sudah dikerjakan Jokowi tersebut belumlah signifikan. Memang tidak semudah membalikkan tangan. Tetapi bila semua kali dan situ yang dijanjikan Jokowi sudah dinormalisasi dan ternayata banjir masih terjadi, maka perlu dipikirkan solusi yang lain. Untuk menyelesaikan semuanya itu, Jokowi memerlukan 4 tahun lagi. Banjir awal 2014 ini, Jokowi bertemu dengan Gubernur Jawa Barat Ahmat Heriyawan beserta staf dari Kementerian Pekerjaan Umum di pintu air Katulampa, Bogor Jawa Barat. Mereka sepakat akan membangun 2 buah situ di Ciawi sebagai penampungan sementara air sungai Ciliwung. Sebetulnya wacana pembangunan situ di Ciawi tersebut sudah muncul tahun lalu, dan mungkin juga muncul setiap kali ada banjir.

Hasil kedua dari pertemuan tersebut adalah membangun codetan dari kali Ciliwung ke kali Cisadane. Tentu saja Bupati Kabupaten Tangerang tidak setuju. Demikian juga halnya dengan pemerintah Kota Tangerang. Tanpa limpahan sungai Ciliwung, Tangerang sudah dilanda banjir. Apalagi kalau ditambah dari kali Ciliwung. Ini artinya memindahkan banjir Jakarta ke Tangerang. Sekalipun codetan tersebut dapat dibuka/tutup sesuai keperluan.

Banyak orang apatis. Ketika banjir datang, wacana selalu muncul. Pihak media selalu mengumbar acara tentang banjir atau wacana banjir. Jadilah pengamat tata kota banjir undangan talk show seperti Yayat Supryiatna. Selalu muncul hampir di setiap stasiun televisi. Dia membhasa banjir dan solusi atau wacana yang sedang muncul.

Banjir Jakarta dapat digolongkan kepada 2 golongan. Pertama, Undangan Banjir dan kedua adalah Kendali Banjir. Undangan banjir artinya, banjir yang kita undangan ke kota Jakarta. Artinya, sesungguhnya banjir tesebut dapat dihindarkan. Banjir tesrsebut diakibatkan oleh beberapa hal seperti:

1. Banjir diakibatkan oleh gully (lobang selokan) lebih tinggi dari jalan. Sehingga air tidak masuk ke selokan akan tetapi berdiam di Jalan atau mengalir sepanjang jalan menuju tempat yang paling rendah. Genangan air ini jika berhari-hari akan merusak jalan dan terjadilah banjir permanen. Artinya setiap hujan turun selalu banjir, karena air tidak dapat mengalir.

2. Banjir terjadi karena selokan tidak dibangun baik. Adakalanya jalan dibangun dengan bagus, tetapi selokannya tidak dibangun. Akibatnya jalan bagus ini menjadi genangan air. Lama-kelamaan jadi rusak digilas oleh kendaraan.

3. Banjir terjadi karena aliran air tertutup atau ditutup. Karena pembangunan perumahan/rumah atau industri dibangun pada daerah aliran air atau ressapan air. Akibatnya terjadi banjir ditempat lain yang jauh dari daerah perumahan tersebut.

4. Banjir terjadi akibat kali dan situ tidak dikeruk secara rutin. Pada umumnya volum air yang turun dari gunung tidak selalu sama, akan tetapi harus dapat dipastikan kali dan situ harus dapat menampung volum maksimum.

5. Banjir terjadi akibat daerah tangkapan air di hulu berubah fungsi menjadi villa, rumah atau industri. Ketika hujan turun, maka air tidak tersimpan dalam tanah terlebih dahulu, akan tetapi langsung mengalir ke hilir.

6. Banjir terjadi akibat kali dari hulu membawa material tanah atau pasir. Material tersebut selalu mendangkalkan kali, situ atau muara kali. Sehingga volume kali dan situ semakin kecil. Undangan banjir dapat dicegah, bila ada kerjasama antara semua stakeholder. Bila tidak dapat dicegah, sama saja kita mengundang banjir ke Jakarta. Memindahkan awan ke laut dengan modifikasi cuaca, hanyalah solusi temporer. Menyalahkan perubahan iklim juga tidak bisa jadi alasan. Jumlah penduduk yang semakin padat bukan jadi alasan.
7. Banjir terjadi akibat pemanfaatan pinggir kali menjadi rumah. Sehingga kali semakin sempit.

8. Banjir terjadi akibat masyarakat membuang sampah kekali.

9. Banjir terjadi akibat pembangunan jembatan yang kurang baik. Luas penampang jembatan lebih kecil dari luas penampang maksimum kali. Akibatnya air keluar jembatan, dan bahkan air bisa mengikis pondasi dan akhirnya menghanyutkan jembatan. Semestinya jembatan di bangun dengan luas penampang lebih besar dari vollum air sungai maksimum.
Bila kesembilan penyebab banjir diatas sudah diatasi secara maksimum, tetapi banjir masih terjadi, maka itu kita sebut dengan Kendali Banjir. Ada penyebab yang lain seperti Pasang Laut atau Permukaan tanah lebih rendah dari permukaan laut. Artinya diperlukan solusi yang sophisticated.

Laman ini ditujukan terutama dalam bidang pendidikan. Dimanakah materi pendidikannya?

Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sementara banjir menurunkan taraf hidup masyarakat. Banjir terjadi setiap tahun. Bukan hanya di Jakarta akan tetapi di semua belahan bumi. Karena banjir dipastikan selalu datang, maka itu menjadi tugas dari semua manusia di muka bumi ini.

Kurikulum adalah kumpulan pengalaman manusia yang disusun secara sistematis dan logis. Berdasarkan defenisi tersebut, maka banjir adalah pengalaman manusia yang berulang-ulang. Banjir merupakan kurikulum yang disusun secara subjektif. Tergantung siapa yang menyusunnya. Ada yang menyajikan banjir Jakarta sejak zaman VOC. Ada yang menyusun banjir dari sudut jumlah korban yang diakibakannya. Ada yang menyusun rangkaian banjir dari sudut budaya/perubahan budaya, dan macam-macam

( to be continued.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar