Halaman

Translate

Selasa, 30 April 2013

Siapa nama Rektor anda?

Cerita tentang pelaksanaan Ujian Nasional tidak akan pernah habis. Ujian Nasional merupakan Dokumen Negara dan Rahasia Negara. Oleh karena itu wajar dilakukan pengawasan yang ketat untuk menghindari gangguan ataupun kecurangan baik dari pihak internal sekolah (pendidikan) maupun pihak luar. Pemerintah selalu berusaha dan melakukan perbaikan dan perubahan tentang pelaksanaan Ujian Nasional.

Untuk menghindari siswa contek dikelas (atau contek massal) pemerintah menyediakan soal yang bervariasi. Pada mulanya dalam satu kelas hanya ada satu jenis soal. Kemudian dua variasi yang disebut dengan Soal Paket A dan Paket B yang dibagikan secara berselang seling. Kemudian UN Tahun 2012 diadakan 5 Paket soal dan Tahun ini diadakan 20 Paket soal. Artinya setiap anak memiliki soal yang berbeda satu sama lain. Praktis dengan kondisi seperti ini, tidak akan ada saling contek.

Dari segi pengawasan, setiap kelas diawasi oleh 2 orang pengawas yang berasal dari sekolah yang berbeda. Artinya siswa tidak mengenal pengawas. Disamping itu, ada juga pengawas independen (pemantau independen) yang berasal dari Perguruan Tinggi. Mereka ini adalah mahasiswa. Dari segi jabatan dalan pelaksanaan UN, mahasiswa ini lebih tinggi dari pada guru pengawas. Tetapi ditinjau dari segi tingkat pendidikan, usia, pengalaman dan pengetahuan, guru jauh lebih tinggi. Tetapi itulah pendidikan kita, kalau pada lembaga ABRI atau Kepolisian pasti tidak akan pernah terjadi.

Pemantau Independen yang bekerja di salah satu SMK di Jakarta Barat berasal dari Universitas Taruma Negara. Sekedar basa basi kita bertanya: " Siapa nama Rektor Untar?" Eh tak diduga, dia tidak bisa menjawabnya. Kita menyadari, karena si mahasiswa terlalu fokus dengan kuliahnya, atau tidak pernah ada urusan secara langsung kepada sang rektor. Tetapi apapun alasannya, harus tahulah nama Bos besar kita, apa lagi kita bertugas di luar dengan mewakili organisasi.

Sang Pemantau sangat energik. Dia berkeliling ruangan untuk menyapa pengawas dan siswa sekedar mengingatkan agar tidak melakukan kesalahan dalam pengisian Lembar Jawaban Ujian Nasional (LJUN). "Cadangan LJUN tinggal satu, jadi jangan buat kesalahan lagi": katanya. Ketika UN Bahasa Inggris di mulai, suara speaker dalam satu ruangan tidak baik (memekak telinga). Kita mau melaporkan ke panitia, tetapi dia langsung menjawab dengan berkata: " Tidak bisa pak! Itu sentral". Sang pemantau sudah melaksanakan tugas sebagai panitia pelaksana.
Read More..

Minggu, 28 April 2013

Kamu diHANTUI....

Ketika kita mengatakan sesuatu kalimat, ada saja beberapa siswa memotong: "Ulang pak!". Kalimat belum selesai diucapkan sudah langsung dipotong. Seorang guru juga paham kemampuan seorang manusia untuk menangkap dengan tepat satu kalimat. Itulah kebiasaan buruk siswa. sesungguhnya bukan karena otaknya tidak mampu, akan tetapi hanya karena kebiasaan. Kebiasaan untuk dituntun secara detail, diberikan secara lengkap sesuai dengan seleranya. Kalau seleranya pas dengan selera yang sepantasnya (sesuai usianya), tentu tidak masalah.

"Dua buah matriks dapat dikalikan bila banyak kolom matriks pertama sama dengan banyak baris metriks kedua". Itulah kalimat yang diulang. Kalimat tersebut menjadi dasar atau hukum dalam perkalian matriks. Setiap siswa harus dapat menghafal hukum tersebut dalam tempo singkat. Bila itu sudah terjadi, maka kita menuliskan beberapa matriks dipapan tulis. Siswa diminta untuk menuliskan matriks yang dapat dikalikan. Pekerjaan ini hanya wujud aplikasi dari hukum yang sudah dikuasai. Tetapi ada saja yang memotong: " Kasih contoh dulu pak!".

Kita menuntut siswa bukan untuk melakukan tugas berat, akan tetapi hanya melihat hubungan antara kalimat yang dihafal dengan materi pelajaran yang sedang dibahas. Kita menekankan bahwa setiap kalimat yang kita berikan adalah bermakna, sebagaimana Teory Belajar dari Ausubel. Kita harus membiasakan siswa untuk lebih banyak menggunakan otak dari pada tangan. Siswa kalau sudah menulis, dianggabnya semua sudah beres. Otaknya plong. Perasaanya lega. Sehingga materi hanya pindah dari buku satu ke buku tulis.

Siswa menulis semua kemungkinan matriks yang dapat dikalikan. Tentu saja ada yang salah dan saat itu juga kita bahas letak kesalahan. Kemudian dilanjutkan dengan operasi mengalikan. Dimulai dari beberapa contoh dan kemudian dilanjutkan oleh siswa. Belum dicoba sama sekali sudah memotong. "Pak! belum mengerti sama sekali. Kasih contoh lagi pak!". " Di otakmu itu ada hantu. Belum apa-apa, kamu sudah kwatir, takut. Kamu selalu dihantui ketakutanmu. Berpikir dengan tenang, sabar dan jangan takut tidak bisa. Kalau kamu sabar dan tenang, pasti bisa. Jangan langsung menolak apalagi protes!". Dalam waktu singkat siswa tersebut dapat menrimanya dan ternyata dapat melanjutkan pekerjaan dengan benar yang disaksikan oleh semua temannya.
Read More..

Selasa, 23 April 2013

Tertawa menutupi Kelemahan.

Tertawa merupakan respon terhadap sesuatu yang lucu. Lucu karena aneh, janggal atau luar biasa atau diluar kebiasaan atau jauh dari harapan. Hampir semua orang menyukai tertawa. Itulah sebabnya baik media cetak menyediakan ruang untuk tertawa dengan menyajikan cerita humor, baik dalam bentuk sindiran ataupun bentuk yang lain. Demikian juga dengan media visual, seperti telvisi menyajikan program humor/komedi.

Kita masih ingat ketika krisis moneter melanda Asia dan Dunia yang juga melanda Indonesia tahun 1998. Banyak komunitas masyarakat yang mengadakan lomba tertawa, hanya sekedar melupakan krisis ekonomi. Ada juga yang menyebutkan bahwa tertawa dapat menyehatkan pikiran dan pisik.

Ketika seorang siswa kelas X diberi pernyataan berupa: " Dua buah matriks dapat dikali bila banyak kolom matriks pertama sama dengan banyak baris matriks kedua". Semua siswa dalam kelas tersebut mencatatnya. Pernyataan tersebut merupakan aturan atau pedoman yang harus dipahami dan dihafal dengan baik oleh siswa. Maka beberapa siswa diminta untuk mengulang aturan tersebut tanpa membaca/melihat tulisan. Aneh bin ajaib, beberapa siswa tidak mampu menyebutnya dengan tepat sekalipun sudah diulang lebih dari 5 kali. Siswa yang lain spontan tertawa ketika tidak mampu mengatakan dengan benar ketika perulangan yang ketiga dan seterusnya. Karena temannya tertawa, maka siswa tersebut juga ikut tertawa.

" Sebaiknya kamu baca dengan tenang dan konsentrasi, jangan tertawa!". Tetapi tetap juga tidak mampu mengulangnya dengan benar sampai 5 kali. "Suasana tertawa ini membuat kamu lupa dan tidak sadar akan kelemahanmu!".
Read More..

Minggu, 21 April 2013

UN Terlalu Dini.

UN tingkat SMA/K yang sudah dilaksanakan seminggu yang lalu diwarnai dengan berbagai masalah. Masalah yang paling nyata adalah ditundanya 11 provinsi karena soal belum terdistribusi dengan baik. Disamping itu, Lembar Jawaban Komputer UN juga tipis, sehingga ketika ada kesalahan dan dilakukan penghapusan, sering kertas jadi bolong. Terlepas dari letak permasalahan ada dimana, apakah pada percetakan, apakah distribusi, apakah pada proses tender atau kurang pengawasan dari pihak pemerintah.

Bila kita lihat dari sudut waktu, maka pelaksanaan sebelum Orde reformasi dimulai pada minggu pertama bulan Mei. Setelah Orde Reformasi ini, UN dimulai pada bulan April. Dimajukan kira-kira satu bulan. Tentu saja dalam waktu 1 bulan itu, pemerintah sebagai penyelenggara UN memiliki waktu yang lebih banyak untuk mempersiapkan soal UN lebih baik.

Bila ditinjau dari sudut penyampaian materi pelajaran, maka ada waktu satu bulan untuk mendalami Materi Pelajaran UN. Karena UN adalah Ujian terakhir yang ditempuh siswa, maka setelah selesai UN siswa merasa bebas. Ada yang berekspressi dengan corat-coret bahkan ada yang tawuran. Sementara Surat Tanda Kelulusan baru diterima pada pertengahan atau akhir bulan Juni. Artinya ada waktu kira-kira 2 bulan lowong. Waktu inilah yang memberi ruang kepada beberapa siswa untuk berbuat kearah negatif. Sementara kalau mereka datang kesekolah, praktis tidak ada kegiatan kecuali pengarahan dari Perguruan Tinggi atau Dunia Usaha/Indistri. Itupun tidak setiap hari. Oleh karena itu waktu pelaksanaan UN perlu ditinjau kembali.
Read More..

Rabu, 10 April 2013

Siapkan Syarat Mutlak!

Harapan bangsa terhadap pendidikan saat ini demi generasi emas yang akan datang cukup besar. Siswa yang berpikir kritis dan suka berdiskusi, aktif dan dinamis, kreatif, serta siswa yang berprilaku mandiri, bertanggungjawab dan berahklak mulia sebagaimana dalam visi pendidikan nasional. Atau mencerdaskan kehidupan berbangsa sesuai dengan visi abadi pendidikan nasional yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.

Anak-anak kita punya tradisi belajar yang sangat berbeda, yang mengakar sejak taman kanak-kanak. Mata ajaran yang dipelajari jauh lebih banyak, tetapi tidak mendalam. Kalau sulit, rumus yang sangat banyak dibuatkan jembatan keledai atau singkatan-singkatan agar mudah dikeluarkan dari otak. Cara belajar yang demikian berpotensi menghasilkan ”penumpang” ketimbang ”pengemudi”. Karena itu, banyak orang yang lebih senang duduk menunggu, hidup ”menumpang”, ”dituntun”, atau diarahkan ketimbang menjadi pengemudi yang aktif dan dinamis.(Rhenald Kasali, Kompas 28 Desember 2012)

Apa yang dikatakan Prof. Rhenald ini ada benarnya dan ada yang tidak tepatnya. Pertama, Mata Ajaran lebih banyak dan tidak mendalam. Itu benar adalah masalah. Masalah bukan pada guru atau sekolah, tetapi pada Kurikulum atau Standar Isi. Karena banyak materi melebihi kapasitas memori siswa, maka harus dicari akal untuk menghafal atau sekedar mengerti yang disebut dengan Jembatan Keledai agar mudah dikeluarkan dari otak. Jadi Jembatan Keledai ini sangat tepat. Kita tidak mungkin mampu berpikir kritis apa bila tidak ada yang diingat. Justru kritis datang apa bila ada penyimpangan dari yang seharusnya. ada kejanggalan dari apa yang sewajarnya. Ada potensi yang lebih mudah, lebih murah, ada potensi bahaya atau ada potensi lain atau ada alternatif lain. Potensi itulah yang diungkapkan dengan sikap kritis oleh seseorang termasuk siswa. Karena ada kritis maka terjadi diskusi.

Diskusi butuh penjelasan baik dari orang kritis maupun dari orang yang mengkritik. Kedua belah pihak membicarakan dan mempertimbangkan semua penjelasan, mempertimbangkan semua untung ruginya. Dalam tahapan berpikir menurut taksonomi Bloom, kritis muncul (diharapkan) dalam tingkat pengertian (C2),penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6). Modal dasarnya adalah C1 ( pengetahuan). Sementara C1 dan C2 menjadi modal awal atau syarat mutlak untuk C3, C1, C2, C3 sebagai syarat mutlak untuk C4 dan seterusnya.

Jembatan Keledai itu diperlukan untuk mempersiapkan Syarat Mutlak dalam berpikir kritis. Jadi tidak ada jaminan seseorang yang menghafal dengan Jembatan Keledai berpotensi menjadi penumpang. Justru sangat berpotensi menjadi pengemudi, karena lebih menguasai banyak pengetahuan. Yang menjadi masalah adalah tujuan pengajaran. Jangan sekali-sekali belajar bertujuan untuk menghafal.
Read More..

Senin, 08 April 2013

Gulma dan Setan

-->
Ketika petani menanam padi atau sayur atau tanaman yang lain, pada saat yang sama ada juga benih tumbuhan lain yang tidak diharapkan. Tumbuhan tersebut tampak setelah beberapa hari. Tumbuhan inilah yang disebut dengan gulma

Gulma hidup dari dengan m,engambil air dan undur hara tanah yang semestinya untuk tanaman. Bila gulma tidak segera dibersihkan/diambil, maka lama kelamaan gulma akan bertambah banyak dan tumbuh semakin tinggi dan besar. Sebaliknya tanaman akan terhambat, menjadi mengecil dan akhirnya mati.

Ada saatnya pertumbuhan guma dengan tanaman tumbuh bersama dan besar bersama. Iniilah dilemma. Kalau gulma dicabut, maka tanaman akan tercabut juga, karena akarnya sudah saling menjalin. Ketika panen tiba, susah juga memisahkan antara tanaman dengan gulma.

Bila gulma dan tanaman dianalogikan di sekolah, maka siswa (prilaku) yang taat, rajin dan sopan adalah tanaman. Sementara siswa yang malas, nakal, tukang bolos dan perbuatan jelek lainnya adalah gulma. Gulma menularkan kemalasan, benih kenakalan, menghambat proses kritis,bahkan gulma mampu membunuh karakter. Gulma sudah dimulai sejak SD. Ketika sudah sampai SMK/SMA, semakin susah untuk membersihkannya. Inilah dilammatisnya.

Gulma dan tanaman dapat juga kita ibaratkan dengan manusia dan setan. Manusia selalu berbuat jahat. Sebaliknya setan selalu menghambat perbuatan baik dan sekaligus menggoda manusia untuk berbuat jahat. " Apakah kamu mau jadi gulma atau tanaman?.

"Apakah kamu mau jadi Setan bertanduk atau jadi manusia?" "Tidak pak!", jawab 2 orang siswa yang pulang sebelum waktunya. Kedua anak ini adalah orang malas yang selalu menggoda temannya untuk malas juga. Selalu memprovokasi temannya untuk tidak belajar.

Read More..

Rabu, 03 April 2013

Guru Kebingungan....?


Menyongsong pelaksanaan Kurikulum 2013 yang akan dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2013/2014 bulan Juli nanti, menuai berbagai respons dari berbagai pihak. Ada yang setuju 100%, ada yang setuju tetapi dengan catatan perbaikan disana-sini, ada yang menolak dan ada juga yang ketakutan kehilangan pekerjaan seperti guru Mata Pelajaran Muatan Lokal (Mulok).
Ditinjau dari segi kesiapan pelaksanaan, media melihat bahwa banyak guru yang tidak siap, guru kebingungan dan segala macamnya. Mereka menulis judul beritanya dengan “Guru Kebingungan…”, “ Guru tidak Siap….”. Memang betul faktanya, bahwa guru tidak siap dan juga kebingungan. Semuanya karena berkas Kurikulum 2013 belum ada di tangan guru. Kalau itu sudah ada ditangan, kebingungan tidak akan terjadi atau berkurang.
Kalau kita gunakan mesin pencari kata Google, didapat ada 7.140.000 laman yang menyangkut dengan guru bingung sementara kata "pemerintah bingung" ada sebanyak 5.500.000 laman. Kebingungan pemerintah yang dimuat dalam angka lima jutaan itu bukan hanya dalam bidang pendidikan, akan tetapi semua bidang. Sementara "guru bingung", pasti berhubungan dengan pendidikan.
 
Kembali ke judul tulisan. Bila judulnya “Guru Kebingungan…”, itu berkonotasi bahwa kelemahan terletak pada guru. Guru tersebut tidak mampu memahami Kurikulum 2013. Apakah demikian? Pada hal berkas Kurikulum 2013 secara lengkap,  belum ada di tangan.
Oleh karena itu, sebaiknya media jangan menggiring opini kepada pelemahan guru. Kalau tidak bisa menggiring  opini kepada penguatan guru, lakukanlah yang proporsional yang tidak melemahkan pihak manapun. Buat saja judulnya (misalnya) “ Pelaksanaan Kurikulum 2013 belum siap…”  Atau yang lain.
Tapi ini hanyalah peimikiran saya semata. Pihak media pasti punya alasan sendiri untuk menarik perhatian pembaca sepanjang tidak melanggar hukum. Tetapi yang utama adalah bahwa dasar tindakan kita haruslah pendidikan. Artinya memberikan penguatan terhadap semua pihak.
Read More..

Senin, 01 April 2013

Konjungsi atau Disjungsi?

Pada suatu taman di sebuah kota di Jawa Barat tertulis, "Dilarang berdiri dan kencing di taman". Taman tersebut indah yang ditanami berbagai macam kembang dan rumput gajah yang tertata apik. Kita memaklumi maksud dari pemerintah untuk memelihara keindahan taman yang sekaligus keindahan kota tersebut, maka peraturan ditulis pada sebuah papan kecil yang tertancap pada taman.

Kalau dipandang dari sudut Logika Matematika, maka kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk yang dihubungkan oleh kata "dan" yang disebut dengan konjungsi. Kalimat tunggal dari kalimat majemuk tersebut adalah :1. Dilarang berdiri di taman. 2. Dilarang kencing di taman.

Tujuan dari pelajaran logika adalah untuk menemukan nilai kebenaran. Peraturan tersebut juga dapat diukur dengan nilai kebenarannya. Karena peraturan tersebut merupakan kalimat terbuka, maka nilai kebenaran belum bisa ditentukan. Nilai kebenaran dari konjungsi adalah jika kedua pernyataan benar. Artinya jika seseorang melanggar peraturan bila kedua kalimat tunggal itu di langgar. Oleh karena itu kita harus masuk pada kalimat tertutup dengan segala kemungkinannya. Mari kita buat dengan kasus.

Kasus 1. Asep berdiri di taman. Asep kencing di taman. Apakah Asep melanggar peraturan? Maka jawabannya pasti, "Ya", asep melanggar peraturan.

Kasus 2. Asep berdiri di taman. Asep tidak kencing ditaman. Apakah Asep melanggar peraturan? Jawabannya, "Tidak". Asep berdiri di taman dan kencing keluar taman atau memang tidak kencing.

Kasus 3. Endang duduk di taman. Endang kencing di taman. Apakah Endang melanggar peraturan? Jawabannya "Tidak", karena Endang tidak berdiri di taman, akan tetapi duduk.

Kasus 4. Endang duduk di taman. Endang tidak kencing di taman. Apakah Endang melanggar peraturan? Jawabannya "tidak", karena tidak berdiri dan tidak kencing.

Sesungguhnya seperti apakah yang diminta oleh Pemda tersebut? Kalau hanya duduk ditaman boleh nggak? Pasti tidak boleh, karena dapat merusak taman, merusak rumput dan kembang. Disamping rusak dapat juga menjadi kotor. Sebaiknya harus memakai disjungsi yang biasa kita sebut dengan atau. Atau artinya memilih. Peraturan yang baik adalah: " Dilarang memasuki atau mengencingi taman".

Dengan peraturan yang baru ini, mari kikta lihat kasus demi kasus diatas sebagai berikut:
Kasus 1 dan 2. Asep melanggar peraturan, karena memasuki taman. Tidak mungkin dia bisa berdiri di taman tanpa memasuki terlebih dahulu. Tidak perduli apakah dia kencing atau tidak, yang penting memasuki.
Kasus 3 dan 4. Endang melanggar peraturan. Karena memasuki taman. Tidak mungkin seseorang bisa duduk ditaman tanpa memasuki terlebih dahulu.
Read More..