Halaman

Translate

Minggu, 17 Februari 2013

Belajar dan Pendidikan [4]

Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar bila ada perubahan pada pengetahuan, sikap dan keterampilan, dimana perubahan itu bersifat tetap. Perubahan terjadi setiap saat seiring dengan bertambahnya usia dan masih berfungsinya dengan baik panca indera dan pikiran manusia. Ketika ada informasi baru, ketika itu juga muncul pengetahuan baru. Pengetahuan menghasilkan sikap dan keterampilan dan sikap serta keterampilan juga mengundang pengetahuan baru. Siklus demikanlah yang membuat manusia itu cerdas. Pertanyaan mendasar ada dua yaitu bagaimana membuat perubahan itu cepat terjadi dan bagaimana mengukur perubahan tersebut?

Pertanyaan pertama berkaitan dengan yang namanya kurikulum. Pada mulanya kurikulum dipakai pada perlombaan lari. Kurikulum adalah jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Kemudian berkembang menjadi berbagai macam defenisi menurut orangnya. Tetapi pada intinya kurikulum merupakan kumpulan pengalaman orang yang sudah tersusun secara sistematis. Pengalaman tersebut tentu pasti ada manfaatnya untuk kehidupan kelak. Kemudian kurikulum itu diorganisasikan menjadi bergabai Mata Pelajaran pada berbagai jenjang.

Mengapa kita harus belanja di pasar tradisional? Tentu ada pengalaman yang didalam otak kita. Oh karena kita tahu di sana lebih murah. Interaksi dengan pedagang nikmat. Dan berbagai macam alasan yang menjadi pengalaman kita dan orang lain. Mengapa kita belanja di mall? Tentu pengalaman membimbing kita untuk belanja di sana.Di mall tidak ada tawar menawar. Di sana bersih. Di sana ada hiburan. Tawar menawar, kebersihan dan hiburan merupakan pengalaman yang membuat kita harus bersikap untuk pergi ke sana. Oleh sebab itu secara tidak sadar, kita semua memiliki kurikulum. Kita merekam dalam memori kita semua pengalaman kita dan pengalaman orang lain. Pengalaman tersebut kita kompilasi dalam otak kita dan dipanggil kembali untuk pengambilan keputusan dalam hidup kita.

Seorang pekerja berangkat dari terminal Cililitan ke terminal Grogol dengan naik bis selama 3 jam. ternyata dia melalui terminal Kampung Melayu. Kemudian dari Kampung Melayu menuju Grogol. Setelah sampai di tempat kerja, temannya menganjurkan bahwa ada yang langsung dari Cililitan ke Grogol. Hari kedua dia langsung dari Cililitan ke Grogol dengan lama perjalanan 2 jam. Hari ketiga dia lebih cepat dengan menggunakan busway.

Pengetahuan pertama dari perjalan tersebut adalah Naik bis/angkot dari terminal Cililitan ke Kp Melayu. Kemudian dari KP Melayu ke Grogol. Setelah berbincang-bincang dengan temannya (boleh dikatakan temannya memberikan pelajaran), akhirnya dia dapat pengetahuan baru. Dilanjujtkan dengan sikap “mau/ingin” melaksanakan pengetahuan tersebut. Setelah dia melihat ada bus way, kemudian mencari informasi tentang busway tersebut, sehingga pengetahuannya bertambah. Lama perjalanan yang paling cepat dengan kenderaan yang tepat merupakan keterampilannya. Masih adakah pengetahuan tentang perjalan yang penting baginya? Tetntu masih ada, terutama menyangkut waktu berangkat. Jam berapakah waktu berangkat yang paling nyaman? Apakah pukul 06.30 atau pukul 7.00 atau pukul 08.00? Inilah pengetahuan baru yang perlu dimiliki pekerja baru tersebut.

Inilah yang namanya belajar informal (pendidikan informal). Orang ini memerlukan 3 hari untuk mendapatkan rute perjalanan dan jenis kendaraan yang pas untuknya. Pasti ada juga yang butuh satu hari. Dan mungkin juga ada yang butuh lebih dari 3 hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar