Halaman

Translate

Minggu, 24 Februari 2013

Manfaat Daun Sirsak

Manfaat daun sirsak cukup banyak dirasakan oleh penggunanya. Baik oleh pasien yang terkena kasus kanker atau tumor, maupun yang digunakan sebagai proteksi anti kanker. Penelitian obat herbal khususnya daun sisrsak di Eropa dipusatkan di Italia mengungkap daun sirsak mengandung zat anti kenker yang 10.000 kali lebih kuat daripada kemoterapi pada kanker.

Paragraf di atas dikutif dari sebuah buku pendamping Bahasa Indonesia kelas 4 semester genap yang ditulis oleh 11 orang penulis. Buku pendamping tersebut tidak menuliskan tahun penerbitan, tetapi menuliskan kata “KTSP standar Isi 2006” pada sampulnya. Besar huruf yang digunakan kira-kira font 10, dan space single. Tebal buku adalah 62 halaman.

Standar Kompetensi yang tertulis pada materi awal tema tersebut ada 4 yaitu: 1. Mendengarkan pengumuman dan pembacaan pantun. 2. Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dengan berbalas pantun dan bertelepon 3. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring dan membaca pantun. 4. Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman dan pantun anak-anak.

Kompetensi Dasar yang tertulis pada materi awal tema tersebut ada 4: 1. Menirukan pembacaan pantun dengan lafal dan intonasi yang tepat 2. Menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon sesuai dengan isi pesan 3. Menemukan Kalimat Utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif. 4. Menulis pengumuman dengan bahasa yang baik dan benar serta memerhatikan penggunaan ejaan.

Karakter siswa yang diharapkan dalam proses belajar mengajar yang ditulis dalam bagian awal tema tersebut adalah: 1. Gemar membaca 2. Kreatif dan mandiri 3. Bersahabat / komunikatif 4. Rasa ingin tahu 5. Cinta tanah air 6. Bertanggungjawab

Dilihat dari gelar pengarangnya, maka ada 3 orang S.Si., 2 orang S.S, 1 orang S.E, 1 orang S.H, 1 orang Drs, 2 orang S.Pd., dan 1 orang A.Md. Mereka semuanya sudah S1 dan sesuai dengan tuntutan UU Nomor 14 tahun tahun 2005, kecuali ada 1 orang yang ahli madya. Dari jumlah penulis dan latar belakang pendidikan, semestinya mereka sudah menghasilkan karya yang cukup bagus. Tetapi apa yang terjadi, mari kita lihat satu persatu.

Pertama dari ukuran kata, yaitu besar kecilnya kata. Tulisan dalam buku tersebut hampir sama dengan huruf pada surat kabar. Ukuran sekecil ini tidak menarik minat siswa yang usianya sekitar 10 tahun. Usia semuda itu sebaiknya menulis dengan besar huruf lebih besar dari normal. Lebis besar dari font 12. Kedua, dilahat dari spasi, yaitu jarak baris demi baris hanya 1, sebaiknya menggunakan 1,5 atau 2 spasi. Ini dilakukan untuk menimbulkan rasa senang membaca. Dari kedua hal teknis ini, bertentangan dengan karakter yang diinginkan yaitu “gemar membaca” dan rasa “ingin tahu”. Rasa ingin tahu dimulai dari sesuatu yang indah, bagus, menarik dan menantang.

Permasalahan ketiga adalah pemakaian kata. Perhatikan kata proteksi, penelitian, herbal dan kemoterapi dan anti proteksi. Pertanyaanya adalah apakah kata-kata ini sudah waktunya dimunculkan untuk usia 10 tahun? Kata proteksi berasal dari Bahasa Inggris yaitu protection. Bahasa Indonesianya adalah perlindungan. Kalau menggunakan kata perlindungan atau melindungi, maka tulisan itu akan lebih bagus. Pada usia inilah kita mengenalkan semua kata-kata Indonesia. Kata serapan seperti proteksi, herbal dan kemoterapi kita perkenalkan pada pendidikan yang lebih tinggi seperti SMP.

Kata penelitian berasal dari kata teliti. Teliti artinya seseorang yang melakukan pekerjaan dengan hati-hati agar tidak melakukan kesalahan. Sementara kata penelitian yang dituntut dalam tulisan itu bukan kehati-hatian. Anak seusia itu belum mampu menangkap arti kata penelitian. Sebaiknya harus diganti dengan kata lain seperti mempelajari. Atau diganti dengan kalimat yang lebih bagus.

Permasalahan keempat yang paling fatal adalah Standar kompetensi. Bagaimana bisa dalam satu topik bahasan, satu tema ada 4 Standar kompetensi? Apakah ini benar sesuai dengan Standar Isi tahun 2006 sebagaimana tertulis dalam sampul buku tersebut? Sebagai bandingan, pada SMK Mata Pelajaran Bahasa Indonesia selama 3 tahun hanya ada 3 Standar Kompetensi yaitu berbicara pada tingkat semenjana, berbicara pada tingkat madya dan berbicara pada tingkat unggul.

Kita sebagai guru, terutama anda yang sedang mengajar dan menyusun buku SD, sebaiknya menggunakan empati. Kita harus mampu memposisikan diri sebagai mereka. Menulis tidak asal ada, atau hanya mengejar angka kredit dengan mencantumkan nama pada buku. Seorang guru jangan sampai menunggu-nunggu ada pelatihan dari pemerintah. Kalau itu yang kita tunggu, apakah bedanya kita dengan siswa? Jangan gara-gara kita salah menulis buku sehingga kurikulum diganti. Seorang guru harus dapat membelajarkan dirinya sendiri. Ayo bangkitlah guru Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar