Kira-kira
mulai pertengahan Juni 2012 siswa SMP atau dan orangtua sudah datang dan sibuk
melihat-lihat dan bertanya tentang SMKN 17 Jakarta. Ada beberapa dari mereka
yang berusaha masuk ke dalam sekedar melihat gedung dan taman. Ada juga puas
dengan melihat sampai pada halaman sekolah. Kejadian seperti itu pasti terjadi
untuk semua sekolah negeri di Jakarta.
Tetapi yang
paling aneh, ada seorang ibu yang tinggi tegab, kelihatannya tergesa-gesa
dengan langkah yang panjang. Ketika itu suasana belajar mengajar sudah tidak
ada. Bapak ibu guru sedang mengisi raport dan yang lainnya sedang mengerjakan
perlengkapan mengajar dan ada juga yang sedang duduk di depan pintu masuk
sambil menyaksikan anak-anak yang sedang main futsall. Tiba-tiba ibu tegab itu
berkata: “Selamat siang pak! Apakah sekolah ini sudah melaksanakan moving class?”.
Kita ada 4
orang guru yang sedang duduk disana, dan sedang hening sejenak dan saling
pandang satu sama lain. Dari sekian banyak siswa SMP dan orantua siswa selama bertahun-tahun
tak pernah pertanyaan seperti itu. Diantara 4 orang tersebut ada seorang Wakil
Kepala Sekolah bidang Kendali Mutu. Karena saya bukan panitia Penerimaan Siswa
Baru (PSB), maka saya tidak menjawab. Sementara diantara kami berempat cuma
saya yang tidak anggota panitia PSB, dan sedang menunggu mereka menjawab.
Akhirnya saya yang menjawab: “Moving
class bukan tujuan kita bu. Kita sudah melaksanakan moving class karena kita kekurangan satu ruangan kelas. Ketika satu
kelas sedang praktek Olah Raga di lapangan, atau sedang praktek pelajaran lain
di laboraotium Komputer, Bahasa Inggris, Akuntansi, Pemasaran dan Laboratorium
Administrasi Perkantoran, maka ruang kelasnya digunakan kelas yang lain. Itulah
pelaksanaan moving class di sekolah ini ”.
Kalau kita duga,
ibu Tinggi Tegab ini sudah mengambil kesimpulan bahwa moving class sebagai salah
satu alat ukur kemajuan pendidikan di sekolah. Tidak perlu menghabiskan energy untuk
memahami apa yang dimaksud dengan moving class. Dia juga sibuk dengan pekerjaannya
di kantor. Sibuk juga dengan pekerjaan di rumah, sebagai ibu rumah tangga. Dia cukup
mempercayakan saja kepada pihak sekolah. Kebijakan apapun yang dilaksanakan sekolah
dapercayai sebagai kebijakan yang tepat dan berlaku umum di semua sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar